search

Daerah

Pembelajaran Tatap MukaKBM Tatap Muka SamarindaRespon KBM Tatap Muka yang DitundaTanggapan Orangtua Muridsamarinda

Ragam Respon Penundaan KBM Tatap Muka di Samarinda, Mulai dari Rindu Cilok Hingga Mahalnya Tarif Internet

Penulis: Jeri Rahmadani
Selasa, 05 Januari 2021 | 802 views
Ragam Respon Penundaan KBM Tatap Muka di Samarinda, Mulai dari Rindu Cilok Hingga Mahalnya Tarif Internet
Ilustrasi. (Foto: Istimewa)

Samarinda, Presisi.co — Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tatap muka ditunda berdasarkan Surat Edaran nomor 360/ 449/ HK-KS / XII / 2020, tentang Perpanjangan Keenam Status Tanggap Darurat Bencana Wabah Akibat virus COVID-19 di kota Samarinda.

Hal ini mendapat beragam respon dari beberapa kepala sekolah, guru hingga orang tua murid.

"Dari kita sendiri, kepala dinas, gubernur dan wakil gubernur, itu beberapa kali rapat, itu memang mereka memahami, meneliti, mengkaji, bahwa memang tidak bisa kita tatap muka untuk sekarang," ujar Adi Jubhar selaku kepala sekolah SMKN 3 pada Presisi.co (05/01/2021).

Sementara pada sekolah dasar (SD), perbandingan mengenai efektifitas KBM tatap muka dan Daring (dalam jaringan) dirasakan jauh lebih efektif dengan penjelasan tatap muka atau langsung. Hal ini disampaikan Usman, Kepala Sekolah SD Al-Azhar Syifa Budi Samarinda.

"Lebih efektif tatap muka. Karena untuk anak SD, ada beberapa mata pelajaran tertentu yang membutuhkan penjelasan secara langsung, tanpa perantara. Terutama mata pelajaran yang bersifat praktik," ujarnya.

Ditambahkan Usman bahwa KBM dengan cara daring mengalami kendala. "Kendala daring itu berbiaya mahal. Karena butuh kuota, butuh pulsa, butuh jaringan wifi, sementara Indihome kadang mengalami gangguan." Namun demikian, Usman tetap mengikuti arahan dari pemerintah dimana KBM tatap muka ditunda hingga bulan Maret.

Sementara dari pihak orang tua murid merasa kurang setuju dengan dilanjutkannya KBM daring, karena dinilai lebih efektif jika tatap muka.

"Bagusnya tatap muka, dengan catatan dilakukan dengan protokol kesehatan dan dibatasi," ujar Sri, orang tua murid di salah satu Madrasah saat ditemui ditengah kesibukkannya.

Dikeluhkan olehnya, bahwa pengerjaan tugas yang seharusnya dikerjakan anak malah ia yang kerjakan. Sementara Handphone yang ada terbatas. "Jadi pulang jualan baru bisa bantu kerjakan tugas anak."

Disamping itu, Sri menyatakan bahwa kedua anaknya yang juga rindu dengan sekolah.

"Bahkan mereka sudah janjian dengan rekan-rekannya untuk beli cilok bersama di sekolah," tutupnya dengan canda ringan.

Editor : Oktavianus