Dedikasi Guru di Kutai Kartanegara, Keliling Daerah Terisolir Mengajar Akses Teknologi Informasi
Penulis: Rofi
Kamis, 26 November 2020 | 1.186 views
Tenggarong, Presisi.co - Peringatan Hari Guru Nasional, disambut baik oleh tiga guru di pedalaman Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar). Mereka adalah Suwito, Slamet Widodo dan Imam Mashudi.
Ketiganya merupakan pelopor guru melek teknologi informasi di pedalaman Kukar. Demi membuka akses teknologi informasi di sekolah-sekolah terpencil, ketiganya rela berkeliling ke daerah-daerah yang terisolir tanpa dibayar.
“Ini sebenarnya panggilan hati. Kok teman-teman guru segini saja, tidak maju-maju khususnya di bidang IT. Kita melas banget melihatnya,” kata Suwito yang merupakan guru Bahasa Inggris di SMP Negeri 1 Sebulu.
Diketahui, Kabupaten Kukar masih memiliki banyak kawasan yang terpencil dan terisolir. Banyak guru yang kemudian kesulitan mengakses belajar teknologi informasi.
Saat itu, pertengahan tahun 2018, sedang digelar Ujian Nasional Berbasis Kompetensi (UNBK). Suwito dan beberapa guru lainnya ditunjuk sebagai tim teknis yang menangani ujian nasional itu.
Rupanya, ada sekolah di kecamatan lain yang saat itu tidak bisa mengakses soal ujian karena terkendala jaringan internet. Tanpa menunggu, Suwito bergegas berangkat.
“Begitu kami sampai, yang pertama kami lakukan adalah mencari titik di mana sinyal internetnya kuat,” katanya.
Setelah berkeliling kompleks sekolah itu, lokasi sinyal terbaik tak kunjung ditemukan. Tiang bendera yang tinggi di depan sekolah menarik perhatiannya.
“Tak ada pilihan lain, benderanya kita turunkan, modemnya dinaikkan. Alhamdulillah ujiannya lancar,” katanya.
Persoalan akses internet di Kabupaten Kutai Kartanegara adalah persoalan tersendiri mengingat wilayah yang sangat luas. Titik-titik blank spot masih sangat banyak.
“Itu tantangan kita dalam hal pembelajaran jarak jauh, tak semua daerah bisa,” ungkap Suwito.
Ketiganya kemudian tergerak untuk mengatasi kekurangan itu. Mereka sepakat untuk memberikan edukasi tetang IT dan berkeliling kabupaten yang luasnya setara negara Belgia itu. Mereka berharap, semua guru bisa melek teknologi informasi.
Satu per satu sekolah maupun guru yang ingin belajar teknologi itu memanggil mereka. Tanpa dibayar, ketiga orang ini berangkat ke sekolah yang dituju.
Meski terpencil, karena panggilan hati, ketiganya dengan semangat mengajarkan semua hal tentang upaya mendukung proses pembelajaran. Beberapa kawasan bahkan ada yang tanpa sinyal seluler sama sekali.
“Kadang sedih melihat kondisi guru-guru di kawasan itu, namun itu yang memotivasi kita untuk membantu mereka,” sebutnya.
Semua yang berbau Teknologi Informasi, sambung Suwito, mereka siap membantu kapan saja. Apalagi, proses pembelajaran saat ini sudah mulai mensyaratkan perkembangan teknologi itu.
“Meski terpencil, tidak ada alasan untuk tidak mempelajari itu,” sebutnya.
Untuk daerah tanpa sinyal, Suwito dan kawan-kawan menyarankan menggunakan router. Sehingga akses jaringan lokal masih bisa diterapkan untuk ujian maupun pembelajaran.
“Hanya saja terkendala biaya. Kami paham, sekolah terpencil itu sangat sulit membiayai hal lain karena pasti dana operasional sekolah tak cukup,” katanya.
Selain soal panggilan hati, Suwito dan dua rekannya merasa masih ada waktu yang bisa diisi untuk hal yang bermanfaat. Mereka yang memahami teknologi pembelajaran kemudian terpanggil mengisi waktu kosong itu untuk mengedukasi guru-guru lainnya.
“Kami kemudian bersepakat, ayo kita luangkan waktu bersama-sama, apa yang bisa kita buat,” tambahnya.
Kepala Seksi Kurikulum dan Pengembangan Mutu SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kutai Kartanegara, Emy Rosana Saleh, mengapresiasi luar biasa pengabdian tenaga pendidik seperti Suwito, Imam Mashudi, dan Slamet Widodo.
“Mereka itu luar biasa. Mereka itu asetnya Kutai Kartanegara. Kita membutuhkan orang-orang yang dedikasinya seperti pak Suwito. Kami menghargai usaha mereka,” pungkasnya.