Ruang Politik Milenial Potensial di Pilkada Serentak 2020
Penulis: Redaksi Presisi
Senin, 10 Agustus 2020 | 1.302 views
Pemilih milenial dianggap lebih otonom, rasional jika dibanding dengan pemilih lainnya. Artinya, milenial menjadi harapan perubahan kultur politik Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Ada yang menarik dalam perhelatan Pilkada serentak 2020 ini. Bukan soal mahar, apalagi money politik, ini tentang peran anak muda, yang penuh gagasan, ide besar, yang menerabas stereotip politik lama.
Sebut saja Gibran Rakabuming Raka. Terlepas dia anak Presiden Joko Widodo (Jokowi), sosok ini memang mencuri perhatian, dengan latarbelakang bisnis sukses yang dijalankannya, Gibran maju menjadi wali kota Solo.
Ada lagi Rahayu Saraswati, menjadi kandidat wakil walikota Tangerang, Hanindito Himawan Pramana calon bupati Kediri dan banyak nama lain mewakili generasi milenial dalam pilkada 2020 ini.
Kutai Kartanegara yang memiliki wilayah 27.263,10 km² ini juga memiliki satu nama. Sosok anak muda yang maju sebagai wakil bupati di Pilkada Kukar, pada 9 Desember 2020 mendatang. Namanya, Rendi Solihin, Politisi Muda dari Partai Golkar yang berhasil membukukan 8.850 suara pada Pileg 2019 lalu.
Kini, pemuda pesisir kelahiran 11 Oktober 1991 itu dipercaya menjabat dua posisi strategis di Parlemen. Mulai dari Ketua Komisi II yang membidangi Ekonomi dan Keuangan, juga sebagai Ketua Fraksi Golkar DPRD Kukar.
Latar belakang anak dari pasangan H.Abu dan Hj.Kurdiah ini juga menarik perhatian. Tuntas menempuh pendidikan di Jurusan Bisnis dan Keuangan Universitas Monash, Australia, Rendi pulang kembali ke Samboja, membangun bisnis dibidang pariwisata.
Sebagai entrepreneur, Rendi memang dikenal sebagai sosok yang intuitif. Ia mampu mengatur strategi serta jeli menangkap dan mengembangkan peluang di depan mata. Paket lengkap, bagi pasangan sosok Petahana di Pilkada Kukar, Edi Damanysah.
Meminjam hasil survei dari lembaga survei Politika Research and Consulting (PRC) yang dirilis di CNN Indonesia pada 26 Juli lalu. Pemilih milenial dianggap lebih otonom, rasional jika dibanding dengan pemilih lainnya. Artinya, milenial menjadi harapan perubahan kultur politik Indonesia menjadi lebih baik lagi.
Terlebih, PRC mencatat sejak Pilkada 2017, tren keterpilihan calon kepala daerah milenial yang semula 5,2 persen, meningkat menjadi 10 persen pada 2018 lalu. Sedangkan, di Pilkada Serentak 2020 mendatang, diprediksi akan kembali meningkat.
Dengan demikian, sudah waktunya ruang politik anak muda tak lagi menjadi streotipe miring diperhelatan pesta demokrasi. Mereka yang potensi dan berprestasi, layak diberi ruang dan kesempatan untuk maju sebagai calon pemimpin di masa mendatang.
Karya nyata sudah ada. Bukankah anak muda juga berhak mewujudkan kesejahteraan bagi rakyat ???
Penulis :
Rahmat Dermawan, S.Sos.,MM (Koordinator Semut Merah Kalimantan Timur)