search

Ekonomi

Kepala BPSResesi EkonomiRilis BPSCovid-19

Dampak Pandemi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Q2 2020 Minus 5,32 Persen, Terburuk Sejak 1999

Penulis: Redaksi Presisi
Rabu, 05 Agustus 2020 | 1.090 views
Dampak Pandemi, Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Q2 2020 Minus 5,32 Persen, Terburuk Sejak 1999
Kepala Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto saat menyampaikan Rilis BPS Data Pertumbuhan Ekonomi Triwulan II 2020 - 5 Agustus 2020 secara virtual, Rabu (5/8/2020)

Presisi.co - Pandemi Covid-19 menimbulkan goncangan ekonomi yang mengarah pada resesi global. Berbagai kebijakan yang dilakukan untuk menekan penyebaran Covid-19, seperti penutupan sekolah dan beberapa kegiatan bisnis, pembatasan sosial berskala besar, bahkan lockdown mengakibatkan penurunan tingkat konsumsi dan investas

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, mengumumkan output ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) pada April-Juni 2020 terkontraksi -5,32% year-on-year (YoY). Sementara secara quarter-to-quarter (QtQ) terjadi kontraksi 4,19-%.

"Pandemi Covid-19 membawa dampak yang luar biasa buruknya. Menciptakan efek domino dari masalah kesehatan menjadi masalah sosial-ekonomi dampaknya menghantam seluruh lapisan masyarakat. Rumah tangga, UMKM, sampai korporasi," kata Kecuk, sapaan akrab Suhariyanto, dalam konferensi pers, Rabu (5/8/2020).

Harga komoditas migas dan hasil tambang di pasar internasional pada Triwulan II-2020 secara umum juga dilaporkan mengalami penurunan (q-to-q) maupun YoY, sementara harga komoditas makanan (gandum, minyak kelapa sawit, dan kedelai) mengalami penurunan (q-to-q), tetapi secara (y-on-y) mengalami peningkatan. 

Kontraksi ekonomi -5,32% adalah yang terendah sejak kuartal I-1999. Kala itu, Indonesia masih mencoba bangkit dari terpaan krisis keuangan Asia alias krisis moneter alias krismon.

Krisis akibat pagebluk virus corona memang tidak (atau belum?) menunjukkan tanda-tanda lebih parah ketimbang 1998-1999. Namun yang jelas jauh lebih parah dibandingkan dengan krisis keuangan global (Global Financial Crisis/GFC) 2008-2009.

Saat GFC, ekonomi Indonesia masih bisa tumbuh meski melambat signifikan. Pertumbuhan ekonomi yang awalnya sekitar 6% menjadi di kisaran 4%.

Terjadi inflasi sebesar 0,32 persen (q-to-q). Namun jika dibandingkan dengan posisi Juni 2019, terjadi inflasi sebesar 1,96 persen (y-on-y).

Realisasi belanja Negara (APBN) Triwulan II-2020 mencapai Rp616,54 triliun (22,51 persen dari pagu 2020 sebesar Rp2.739,17), naik dibanding realisasi Triwulan II-2019 yang mencapai Rp582,64 triliun (23,67 persen dari pagu 2019 sebesar Rp2.461,11 triliun).

Realisasi penanaman modal yang tercatat di BKPM (PMA dan PMDN) selama Triwulan II-2020 sebesar Rp191,9 triliun, atau turun sebesar 8,9 persen (q-to-q) dan turun 4,3 persen (y-on-y).