Tewas Menggantung di Teras Rumah, Ini Alasan Keluarga Minta Jenazah Reza di Autopsi
Penulis: presisi2
Rabu, 19 Februari 2020 | 1.388 views
Presisi – Kombes Pol dr.Sumy Hastry, ahli Forensik Mabes Polri turut melakukan proses autopsi terhadap mendian Reza Asyari (28), yang dikabarkan tewas sebulan silam akibat gantung diri di kediamannya, di kawasan Perumahan Grand Taman Sari, Samarinda Seberang pada 26 Januari lalu.
Kombes Pol dr Sumy Hastry turut didampingi oleh dr Kristina Ulu Gultom, Dokter Kepolisian Polda Kaltim dan tim Inafis Polresta Samarinda dari RSUD AW Sjahranie.
Pihak keluarga mengaku curiga, atas kematian Reza dan bersepakat untuk meminta pihak kepolisian, membongkar makam anaknya di TPU Muslimin, Desa Bakungan, Kecamatan Loa Janan, Kukar untuk kebutuhan autopsi, Selasa (18/2) Siang.
“Kami ingin mencari kebenaran dan keadilan harus ditegakkan," jelas Ajianur, ayah mendiang Reza ketika ditemui usai polisi melakuan autopsi.
Lanjut dikatakannya, sejak keluarga menemukan kejanggalan dari bekas jeratan di leher Reza. Keluarga menilai, bekas tersebut dianggap tidak normal, sebagaimana layakanya korban gantung diri.
“Makanya, sebagai ayah saya meminta dokter forensik melakukan autopsi,” ungkap Ajianur, karena menemukan lima tanda luka lilit di bagian leher mendiang anaknya.
Terkait permintaan autopsi, setelah lebih dari sebulan Reza dikebumikan di TPU Muslimin, Bakungan, disebut Ajianur, akibat minimnya pengetahuan keluarga atas proses medis yang menjadi fakta dibalik peristiwa kematian.
Sementara, pihak kepolisian sendiri diketahui sudah menawarkan kepada keluarga untuk melakukan proses autopsi sebelumnya.
“Setelah melakukan diskusi, serta konsultasi ke berbagai pihak yang lebih mengerti, akhirnya keluarga bersedia,” pungkasnya.
Sebagai ayah kandung mendiang Reza, Ajianur meyakini bahwa anaknya yang telah menikah dengan perempuan bernama Desi sejak 2011 silam adalah sosok yang kuat menjalankan ibadah.
"Tidak mungkin gantung diri dijadikan solusi terakhir, meski kehidupan ini sangat pahit,” ungkapnya.
Namun demikian, Helviani ibu Reza yang ketika ditemui wartawan sempat menitikkan air mata, setelah proses autopsi ini mengaku kerap menerima pesan WhatsApp dari Desi.
“Dia (Desi) sering bilang, Kalau anak saya gak menuruti maunya, maka akan dihabisi. Paling tidak, anak mereka (reza) yang dihabisi,” akunya, terkait pesan yang dikirimkan Desi, ditengah pertengkaran rumah tanggah anak dan menantunya, selama ini.
Sebelumnya, Reza dan Desi turut dikatakan Helviani sempat pisah ranjang. Tepatnya, tiga minggu sebelum Reza ditemukan dalam tewas menggantung, dihadapan teras rumahnya.
Reza diketahui meninggalkan seorang istri dan dua orang anak, masing-masing berusia 4 dan 2 tahun.
Sementara itu, dr Sumy Hastry saat ditemui usai melakukan autopsy menyebut pihaknya mengambil beberapa sampel untuk kemudian ditindaklanjuti di laboratorium yang akan di bawa ke RSUD AW Sjahranie Samarinda.
“Ada beberapa sampel, lebih jelasnya nanti Kapolres atau Kapolsek yang akan menyampaikan (hasil),” pungkasnya, setelah melakukan proses autopsi selama hampir empat jam.
Terkait hasil sampel, dr Kristina memperkirakan baru bisa diketahui dua hingga tiga minggu mendatang, lantaran kondisi jenazah Reza yagn sudah mengalami pembusukan.
"Mungkin dua tiga minggu lagi," ungkap dr Kristina.