search

Berita

Harga CabaiPasar merdekaNataru 2025Harga Bapokting Hari ini

Jelang Nataru 2025, Harga Cabai di Samarinda Tembus Rp65 Ribu

Penulis: Muhammad Riduan
1 jam yang lalu | 0 views
Jelang Nataru 2025, Harga Cabai di Samarinda Tembus Rp65 Ribu
Pedagang di Pasar Merdeka, Susilo Nugroho. (Presisi.co/Muhammad Riduan)

Samarinda, Presisi.co – Menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru (Nataru), harga sejumlah kebutuhan pokok di Pasar Merdeka Samarinda mengalami kenaikan signifikan.

Pada Rabu 10 Desember 2025, Fitri, salah satu pedagang telur, mengungkapkan kenaikan harga yang cukup tajam.

“Naik banget sekarang. Modal satu piring telur ayam Rp60.200, dari yang sebelumnya Rp56 ribu. Ini telur yang dari Surabaya,” ucapnya.

Kenaikan paling mencolok terlihat pada komoditas cabai. Salah satu pedagang sayur, Susilo Nugroho (44) menyebut harga cabai rawit terus melambung dalam sebulan terakhir.

“Sekarang cabai rawit Rp65 ribu per kilo. Besok bisa berubah lagi, bisa naik lagi,” katanya Presisi.co

Ia menjelaskan kenaikan tidak hanya terjadi menjelang Nataru saja, namun sudah berlangsung sejak sebulan terakhir.

“Dari harga Rp18 ribu, naik jadi 25, 30, 35, dan sekarang 65 ribu. Tidak bisa turun-turun,” lanjutnya.

Sementara cabai keriting kini berada di kisaran Rp60 ribu per kilogram, dari yang sebelumnya hanya Rp45 ribu.

Tidak semua komoditas mengalami kenaikan. Harga tomat dan timun di Pasar Merdeka masih cenderung stabil di harga Rp8 ribu per kilogram.

Untuk pasokan, pedagang menyebut timun didapat langsung dari petani, sementara cabai dipasok dari Pasar Segiri atau Tengkolak.

Kenaikan harga membuat pedagang harus menambah modal, namun tidak diikuti peningkatan pendapatan.

“Modal tambah, tapi pendapatan tetap. Pembeli juga banyak yang mengurangi belanja, biasanya beli setengah kilo jadi seperempat,” keluh pria yang sudah berjualan selama 12 ini.

Para pedagang berharap pemerintah daerah dapat melakukan langkah stabilisasi harga agar kenaikan tidak membuat beban masyarakat semakin berat.

“Harapannya ya barang-barang ini bisa turun. Kalau terus naik, modal makin besar, pembeli makin sedikit,” imbuhnya. (*)

Editor: Redaksi