Polisi dan Rektorat Unmul Bicara Soal Atribut PKI yang Diamankan Bersama Mahasiswa
Penulis: Muhammad Riduan
1 hari yang lalu | 116 views
Palung ujung kanan barang bukti yang identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) saat rilis pertama soal bom molotov.(Presisi.co/Muhamamd Riduan)
Samarinda, Presisi.co – Barang bukti berupa atribut bergambar palu arit atau identik dengan Partai Komunis Indonesia (PKI) turut menjadi sorotan dalam konferensi pers Polresta Samarinda terkait pengungkapan kasus bom molotov yang menyeret mahasiswa Universitas Mulawarman (Unmul), Senin 1 September 2025.
Polisi sebelumnya mengamankan 22 mahasiswa pada Minggu 31 Agsutsu 2025 malam, usai menemukan 27 botol bom molotov di sekretariat Himpunan Mahasiswa Sejarah FKIP Unmul, Jalan Banggeris, Kelurahan Karang Anyar, Kecamatan Sungai Kunjang.
Dari hasil pemeriksaan, pada Rabu 3 September 2025, Polresta Samarinda kembali menggelar rilis dan telah menetapkan empat mahasiswa sebagai tersangka, sementara dua orang lain diduga sebagai aktor intelektual masih dalam pencarian.
Meski demikian, dalam konferensi pers tersebut, atribut bergambar PKI tidak diperlihatkan secara langsung. Saat disinggung awak media, Kapolresta Samarinda Kombes Pol Hendri Umar menyampaikan bahwa barang bukti itu tetap tercatat srbagai barang bukti.
“Masih akan menjadi barang bukti, tetapi kita sudah mendapat jawaban terkait logo PKI ini. Mungkin akan lebih objektif dari Wakil Rektor III yang akan menyampaikannya,” ungkapnya.
Sementara itu, menanggapi hal itu Wakil Rektor III Unmul, Prof Mohammad Bahzar, menegaskan bahwa keberadaan atribut tersebut tidak ada kaitannya dengan afiliasi mahasiswa terhadap PKI. Menurutnya, lambang itu hanya bagian dari materi pembelajaran sejarah politik masa lalu.
“Adanya lambang PKI itu sebenarnya adalah pembelajaran politik ke belakang, ketika zaman Presiden Soeharto, media pembelajaran. Ketika polisi datang pas kebetulan itu ada di meja. Mereka kan prodi Sejarah, bukan terafiliasi dengan PKI, hanya sebagai media pembelajaran,” jelas Bahzar.
Dirinya menambahkan, atribut itu digunakan untuk mempelajari dinamika partai politik pada masa kepemimpinan Soeharto.
“Karena tidak hanya PKI, partai-partai lain yang ada di masa kepemimpinan Soeharto juga dipelajari, meski belum selesai semua,” imbuhnya. (*)