Kelapa Sawit di Kaltim: Potensi Biodiesel dan Peluang Pengembangan CPO
Penulis: Giovanni Gilbert Anras
1 hari yang lalu | 85 views
Samarinda, Presisi.co - Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan di Kalimantan Timur (Kaltim) yang mendominasi 89 persen dari total 1,5 juta hektare lahan perkebunan, dan diproyeksikan mencapai 1,7 juta hektare pada 2024.
Meski demikian, sektor ini dinilai masih memiliki potensi besar untuk meningkatkan kontribusi ekonomi, khususnya melalui diversifikasi produk seperti Crude Palm Oil (CPO) dan biodiesel.
Menurut data Dinas Perkebunan, produksi Tandan Buah Segar (TBS) mencapai 19 juta ton, tetapi hanya menghasilkan 4,3 juta ton CPO. Namun, kendati luasnya terus bertambah, dampak ekonomi dari sektor ini masih dianggap belum optimal.
Pengamat ekonomi dari Universitas Mulawarman, Hairul Anwar, menilai kontribusi langsung sektor ini terhadap pendapatan daerah melalui transfer dari pemerintah pusat masih tergolong kecil, yaitu hanya sekitar Rp200 miliar per tahun.
“Angka ini tidak impresif jika dibandingkan dengan potensi yang dimiliki. Dampak nyata yang kita harapkan adalah perputaran ekonomi di masyarakat sekitar perkebunan,” ujar Hairul.
Dengan kontribusi signifikan terhadap perekonomian masyarakat melalui penyerapan tenaga kerja dan perputaran ekonomi, sektor sawit diprediksi tetap menjadi primadona pemasukan daerah Kaltim.
Namun, inovasi dan diversifikasi produk seperti CPO dan biodiesel diperlukan untuk mengoptimalkan potensi ekonomi sektor ini.
“Perluasan lahan dan pengembangan produk olahan seperti CPO atau biodiesel adalah langkah strategis untuk meningkatkan daya jual dan memperluas ruang ekonomi masyarakat di Kaltim,” pungkas Hairul.
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Muhammad Samsun juga menekankan pentingnya diversifikasi produk kelapa sawit, terutama dalam mendukung kebutuhan biodiesel.
“Pengembangan industri sawit bukan hanya untuk CPO bukan hanya untuk minyak, tapi untuk biodiesel. Ini juga berpotensi bagi petani sawit,” ujar Samsun.
Ia menyebut, perkembangan industri sawit di Kaltim dapat bertumbuh pesat. Apalagi, dengan perkembangan teknologi yang membuat masyarakat belajar melalui internet untuk menciptakan teknologi pembuat CPO.
Namun, Samsun mengakui masyarakat memerlukan dukungan investor untuk membangun pabrik-pabrik pengolahan CPO di daerah.
“Kalau masyarakat membangun pabrik CPO sendiri tentu sulit. Ini peluang besar bagi investor untuk membuka pabrik-pabrik pengolahan di Kaltim,” tambahnya.
Samsun juga menyinggung perlunya perencanaan yang matang untuk memastikan perluasan lahan sawit tidak merusak lingkungan. Pemerintah daerah, menurutnya, telah memiliki master plan untuk klasifikasi wilayah perkebunan agar tidak mengganggu area pertanian dan hutan.
“Memang ada tantangan seperti dampak sawit terhadap kesuburan tanah dan penggeseran hutan. Tapi, dengan perencanaan yang baik, area perkebunan tidak akan mengganggu sektor lain,” jelas Samsun.
Dengan harga sawit yang kini menembus Rp3.000 per kilogram, Samsun optimis petani akan semakin termotivasi.
“Harga ini sangat bagus untuk petani. Tinggal bagaimana menjaga harga tetap stabil. Permintaan biodiesel yang terus meningkat akan mendorong harga sawit cenderung naik,” katanya. (*)