PPKM di Balikpapan Bikin Pusing Pelaku Bisnis, Omset UMKM dan Okupansi Hotel Anjlok
Penulis: Nur Rizna Feramerina
Rabu, 03 Februari 2021 | 899 views
Balikpapan, Presisi.co - Penurunan penjualan dirasakan oleh berbagai pelaku usaha di Balikpapan selama masa Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Terlebih PPKM ini diperpanjang hingga 12 Februari mendatang.
Salah satu pelaku usaha yang terdampak adalah Rones. Ia merupakan pelaku usaha Batik Arnesta yang bergerak di bidang fashion terutama baju batik dan souvenir khas Balikpapan yang mengalami penurunan penjualan hingga 50%.
“Dampaknya ya terasa sekali buat kami, apalagi taget pasar kami uniform dan souvenir,” kata Rones, Rabu (3/2/2021).
Terlebih, Instansi Swasta dan Pemerintahan adalah salah satu pelanggan yang sering memesan seragam dengannya. Namun karena adanya recofusing anggaran di Pemerintahan, ia juga merasakan dampak tersebut.
“Untuk uniform untuk instansi pemerintah dan swasta, untuk instansi pemerintahan itu dananya kan sekarang dipangkas untuk Covid-19, jadi dihilangkan. Apalagi untuk event ditiadakan semua,” tuturnya.
Selain itu, kegiatan-kegiatan pameran yang biasanya rutin ia ikuti pun terpaksa dibatalkan dan diadakan secara virtual. Namun hal tersebut tidak memberikan pengaruh besar bagi usahanya.
“Iya Balikpapan Fashion Week dibatalkan tapi dilakukan secara virtual, tapi efeknya gak besar,” tambahnya.
Untuk menyiasati penurunan pendapatan, Rones menerangkan bahwa dirinya menjual produk-produknya secara online.
“Ya kami kan ini (jual) online ya, tapi gak besar juga, biasanya satuan aja,”
Sementara itu, Hosis, Front Office Manager Hotel Grand Tjokro Balikpapan menuturkan bahwa tingkat hunian di Grand Tjokro juga mengalami penurunan selama masa PPKM ini.
“Yang pasti dampaknya itu pengurangan okupansi khususnya tamu-tamu. Karena di hotel kita ini tamunya banyak dari luar daerah. Dengan adanya PPKM tingkat hunian kita turun jauh banget. 3 bulan terakhir sudah mulai bagus, bisa sampai 70%, tapi dengan PPKM ini hanya 26% saja tingkat huniannya,” jelasnya.
Ia membeberkan, salah satu penunjang besar dalam turunnya tingkat hunian adalah pembatasan penerbangan.
“Salah satu penunjang terbesar karena bandara tutup, jumlah penerbangan terbatas, jadi itu juga mengurangi tingkat okupansi di hotel kita,” ujarnya.
Untuk menyiasati hal tersebut, beberapa upaya telah dilakukan oleh Grand Tjokro Balikpapan, seperti memperketat pengeluaran, menurunkan harga kamar dan terpaksa harus mengurangi tenaga harian.
“Kalau untuk menyiasati kita saving cost, lebih memperketat pengeluaran. Yang kedua harga penjualan kamar mau gak mau harus kita mainkan karena kalau di kita berbeda dengan yan berlokasi di Kota. Kalau di Kota kan bisa merangkul orang-orang Balikpapan, tapi kalau kita memang tamunya banyak dari luar. Kemudian tenaga harian mau gak mau harus kita kurangi,” jelasnya.
Terkait pelaksanaan resepsi pernikahan yang tidak diizinkan oleh Satgas Penanganan Covid-19 Balikpapan, Hosis mengaku bahwa Grand Tjokro mematuhi kebijakan tersebut dan hanya menerima jika ada tamu yang ingin melaksanakan Akad atau Pemberkatan pernikahan.
“Sementara ini kita belum ada resepsi sih, kalau pun ada mau gak mau harus dibatalin karena kita gak mau ambil resiko. Paling tidak koordinasi dengan pengantinnya. Dampaknya ya jadi kurangnya revenue, mau gak mau kita berjuang cari revenue lagi. Kalau Akad sesuai peraturan pemerintah kita masih berani, maksimal 30 orang,” ungkapnya.
Untuk itu, Hosis berharap keadaan bisa kembali pulih agar roda perekonomian bisa kembali seperti semula.
“Harapannya ya kondisi membaik lagi, Covid-19 selesai dan kembali ke hidup perekonmian seperti semula. Karena ini sangat merugikan,” tandasnya.