search

Berita

banjir Sumatrapenyebab banjir Sumatraupdate banjir Sumatrapakar IPBpakar cuacaanomali cuaca Sumatrasiklon tropis

Pakar Ungkap Biang Kerok Cuaca Ekstrem yang Picu Banjir Besar di Sumatra

Penulis: Rafika
59 menit yang lalu | 0 views
Pakar Ungkap Biang Kerok Cuaca Ekstrem yang Picu Banjir Besar di Sumatra
Kondisi pemukiman warga yang terdampak banjir Sumatra. (via Antara)

Presisi.co - Bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat belakangan ini ternyata dipengaruhi kondisi atmosfer yang tidak biasa.

Para peneliti cuaca mencatat adanya anomali yang jarang muncul, terutama terkait kemunculan siklon tropis yang lokasinya sangat dekat dengan garis ekuator.

Dosen Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB University, Sonni Setiawan, menjelaskan bahwa fenomena cuaca tersebut dipengaruhi pembentukan Siklon Tropis Senyar di wilayah yang tidak lazim.

“Tahun ini agak menarik perhatian para meteorologis, karena siklon tropis terjadi di dekat ekuator, bahkan di bawah lintang lima derajat,” ujar Sonni, Rabu 3 Desember 2025, dilansir dari Suara.com --jaringan Presisi.co.

Ia menerangkan, siklon ini berinteraksi dengan sejumlah sistem atmosfer lainnya, seperti Gelombang Ekuatorial Rossby yakni gelombang atmosfer yang bergerak ke barat, Madden Julian Oscillation (MJO) yakni fenomena pergerakan awan hujan yang saat ini berada pada Fase 6 di Pasifik Barat tropis, serta kondisi La Nina dan Indian Ocean Dipole (IOD) yakni kondisi menghangatnya suhu muka laut yang dimodulasi oleh aktivitas bintik matahari, yang membuat suhu muka laut lebih hangat.

“Kondisi laut yang hangat akibat La Nina dan IOD menyediakan uap air berlimpah. Inilah bahan bakar utama terbentuknya depresi tekanan yang kemudian berevolusi menjadi bibit siklon,” jelasnya.

Gabungan faktor-faktor tersebut memicu hujan dengan durasi panjang, bahkan bisa terjadi lebih dari 24 jam. Pada saat yang sama, dua bibit siklon lain dan Siklon Tropis Fina juga terdeteksi berada di sekitar Indonesia.

“Siklon tropis merupakan gangguan atmosfer berskala sinoptik yang dapat memicu bencana hidrometeorologi di wilayah yang dilaluinya,” kata Sonni.

Menurutnya, kemunculan siklon tropis biasanya mengikuti posisi matahari di belahan bumi, tetapi tahun ini terjadi pengecualian karena pembentukannya justru dekat dengan ekuator.

“Namun tahun ini anomali muncul karena pembentukan terjadi sangat dekat ekuator,” ujarnya.

Sonni menegaskan, meskipun Indonesia bukan jalur utama siklon, efek tidak langsung dari fenomena tersebut tetap dapat memicu hujan ekstrem dan angin kencang.

“Dampaknya memang tidak sebesar daerah di luar batas lintang tersebut, tetapi potensi hujan ekstrem dan angin kencang tetap perlu diwaspadai,” tambahnya. (*)

Editor: Redaksi