search

Berita

BjorkaPOlisi tangkap BjorkaWFTHacker BjorkaWFT Bjorka

Fakta Mengejutkan WFT yang Ditangkap karena Diduga Sosok Hacker Bjorka, Ternyata Bukan Ahli IT

Penulis: Rafika
Minggu, 05 Oktober 2025 | 33 views
Fakta Mengejutkan WFT yang Ditangkap karena Diduga Sosok Hacker Bjorka, Ternyata Bukan Ahli IT
Polda Metro Jaya saat menggelar konferensi pers penangkapan WFT yang diklaim sebagai pemilik akun Bjorka. (Suara.com)

Presisi.co - Kepolisian baru-baru ini menangkap pemuda yang diduga sebagai hacker Bjorka. Namun, hasil konferensi pers penangkapan di Polda Metro Jaya justru memunculkan fakta mengejutkan.

Pasalnya, sosok yang ditangkap, berinisial WFT, ternyata bukanlah seorang ahli teknologi informasi (IT) profesional.

WFT (22) ditangkap di Desa Totolan, Kakas Barat, Minahasa, Sulawesi Utara, pada Selasa (23/9/2025). Ia diduga merupakan pemilik akun media sosial X (Twitter) @bjorkanesiaa yang mengunggah tampilan database nasabah sebuah bank swasta.

Penangkapan ini berawal dari laporan bank swasta pada 17 April 2025. WFT sempat mengirim pesan ke bank dengan klaim berhasil meretas 4,9 juta data nasabah. Namun, rencana itu urung terlaksana lantaran pihak bank segera melapor ke polisi.

Dalam konferensi pers, polisi secara terang-terangan mengungkap latar belakang WFT yang jauh dari kesan hacker profesional. Motif pemuda itu melakukan peretasan yakni berniat memeras pihak bank.

Menurut Kasubdit IV Direktorat Reserse Siber Polda Metro Jaya, Herman Edco Wijaya Simbolon, pemuda yang ditangkap tersebut tidak memiliki keahlian khusus di bidang IT.

"Jadi yang bersangkutan ini bukan ahli IT, hanya orang yang tidak lulus SMK,” katanya pada Kamis, 2 Oktober 2025.

WFT disebut mempelajari peretasan secara otodidak dari komunitas-komunitas daring. Ia merupakan anak tunggal yang harus menghidupi keluarganya dan menggunakan uang hasil penjualan data ilegal untuk kebutuhan sehari-hari.

Penyelidikan lebih lanjut mengungkapkan bahwa WFT telah aktif di dunia maya sejak 2020. Ia menjelajahi dark web dan forum-forum ilegal dengan menggunakan berbagai nama samaran, termasuk Bjorka.

"Pelaku ini aktif di dark forum sejak Desember 2024 dengan nama Bjorka, lalu berganti-ganti identitas digital untuk menyamarkan diri," ujar Wakil Direktur Reserse Siber Polda Metro Jaya, Fian Yunus.

WFT juga disebut memperjualbelikan data di berbagai platform sosial media dengan pembayaran menggunakan mata uang kripto. Uaang hasil penjualan data ilegal digunakannya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Polisi mengklaim dari jejak digital awal, akun X bernama Bjorka sejak 2020 hanya dimiliki oleh WFT.

Ia aktif di dark forum dengan berbagai nama samaran seperti Bjorka, SkyWave, Shinyhunter, dan Opposite 6890. 

Meskipun WFT telah dihadirkan dalam konferensi pers, spekulasi publik belum mereda. Keraguan publik semakin menguat setelah akun media sosial Bjorkanism kembali aktif. Akun tersebut secara tersirat menyangkal penangkapan WFT.

Akun itu juga mengunggah data baru yang diduga milik Badan Gizi Nasional (BGN), seolah menegaskan bahwa hacker yang viral pada 2022 masih bebas dan menantang polisi.

Menanggapi kontroversi ini, polisi tetap berhati-hati. Mereka berkomitmen untuk terus mendalami apakah WFT adalah sosok Bjorka yang viral pada 2022 yang meretas data kementerian.

Fian Yunus menekankan polisi masih perlu membandingkan aktivitas WFT dengan data peretasan Bjorka yang lebih besar.

"Apakah dia itu? Ya kita masih perlu (pendalaman). Kan baru satu bukti nih, perlu dicek lagi dengan bukti lain," katanya. (*)

Editor: Redaksi