search

Internasional

JepangCinahubungan China Jepang

Hubungan Jepang dan China Kian Memanas, Menlu China: Saat Ini di Titik Kritis

Penulis: Rafika
Sabtu, 27 Juli 2024 | 503 views
Hubungan Jepang dan China Kian Memanas, Menlu China: Saat Ini di Titik Kritis
Ilustrasi bendera Jepang dan China. (Sumber: https://www3.nhk.or.jp/)

Presisi.co - Ketegangan antara China dan Jepang yang terjadi selama beberapa tahun terakhir masih terus meningkat, meskipun kedua negara berusaha memperbaiki hubungan bilateral. 

Pertemuan antara Menteri Luar Negeri China dan Jepang di Laos pada Sabtu (27/7) gagal menghasilkan terobosan signifikan. Mereka mendiskusikan berbagai masalah sensitif, termasuk penahanan warga negara Jepang di China, larangan impor pangan, dan pembatasan semikonduktor.

Menteri Luar Negeri China dan Jepang bertemu di sela-sela pertemuan para menteri luar negeri Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang diadakan di Laos. Pertemuan ini berlangsung menjelang KTT Asia Timur pada Sabtu (27/7) dan Forum Regional ASEAN yang akan membahas isu-isu keamanan.

Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, memperingatkan bahwa hubungan kedua negara berada di titik kritis.

"Hubungan China-Jepang saat ini berada di titik kritis: maju atau mundur," ujar Wang kepada Kamikawa, menurut keterangan resmi Kementerian Luar Negeri China.

"Kebijakan China terhadap Jepang selalu menjaga stabilitas dan keberlanjutan. Diharapkan pihak Jepang akan membangun persepsi yang objektif dan benar tentang China serta mengejar kebijakan yang positif dan rasional terhadap China," katanya.

Sementara Menteri Luar Negeri Jepang, Yoko Kamikawa, mendesak China untuk mencabut pembatasan impor produk makanan Jepang setelah kebocoran air PLTN Fukushima. Kamikawa juga mendesak pembebasan dini tahanan Jepang di China.

Penangkapan seorang eksekutif dari Astellas Pharma, perusahaan farmasi Jepang, di China tahun lalu telah menimbulkan kerugian bagi beberapa pejabat di Tokyo. Akibat insiden tersebut, investasi Jepang di China menurun, dan banyak ekspatriat Jepang memutuskan untuk pindah.

 

"Sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang memungkinkan warga negara Jepang dan perusahaan Jepang beroperasi di China dengan tenang," kata Kamikawa kepada Wang, menurut pernyataan yang dikeluarkan oleh Kementerian Luar Negeri Jepang.

Hubungan kedua negara telah memanas dalam beberapa tahun terakhir karena berbagai isu termasuk klaim teritorial, ketegangan perdagangan, dan kemarahan Beijing atas keputusan Tokyo untuk membuang air olahan dari pabrik nuklir Fukushima yang terkontaminasi ke laut.

Namun, dalam beberapa bulan terakhir, pejabat dari China dan Jepang telah kembali memulai pembicaraan konsultasi untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun. Adapun pertemuan ini merupakan pertemuan langsung pertama mereka dalam delapan bulan.

Jepang, sebagai sekutu dekat AS, bersama negara-negara G7 lainnya, berusaha mengurangi hubungan ekonominya dengan China di sektor-sektor strategis. Mereka juga bekerja sama dengan Washington untuk membatasi akses Beijing ke semikonduktor canggih.

Kamikawa menyampaikan kepada Wang bahwa pembatasan ekspor semikonduktor Jepang tidak ditujukan pada negara tertentu. Jepang juga siap untuk menjaga komunikasi konstruktif dengan China terkait masalah ini, menurut pernyataan dari pihak China.

Kedua menteri sepakat untuk menjaga komunikasi secara rutin. Beijing dan Tokyo akan saling mengundang untuk melakukan kunjungan guna melanjutkan diskusi, menurut Kementerian Luar Negeri Jepang.

Sumber: VOA Indonesia

Editor: Rafika