Kehangatan Momen Waisak, Umat Buddha di Samarinda Berkumpul untuk Ritual Pindapata
Penulis: Giovanni Gilbert Anras
Kamis, 23 Mei 2024 | 920 views
Samarinda, Presisi.co - Ritual Pindapata atau persembahan makanan dari umat Buddha kepada para bhikkhu menandai dimulainya perayaan Waisak 2568 TB di Vihara Muladharma, Jalan PM Noor, Samarinda, Kamis, (23/05/2024).
Hari raya Waisak merupakan hari suci yang diperingati oleh seluruh umat Buddha. Waisak diperingati pada waktu terang bulan atau Purnama Sidhi untuk memperingati Tri Suci Waisak.
Tri Suci Waisak mengandung tiga peristiwa penting. Pertama kelahiran, penerangan agung, dan kematian Buddha Gautama.
Puluhan umat beragama Buddha berkumpul di Vihara Muladharma untuk melakukan ritual sebagai rangkaian perayaan hari raya waisak. Mereka datang dengan membawa berbagai macam makanan.
Setelah menaruh makanan yang mereka bawa, para umat Buddha berbanjar dan mempersiapkan sekepal nasi untuk diberikan kepada Bhikkhu.
Pada jam 10.30 WITA, seorang Bhikkhu keluar dari balai tempatnya beristirahat. Ia keluar sambil membawa mangkuk yang nantinya akan diisi nasi pemberian umat Buddha yang datang ke Vihara Muladharma.
Sang Bhikkhu pun berjalan mendatangi satu-satu umatnya untuk mendapatkan nasi yang sudah dipersiapkan. Setelah memberikan nasi, umat Buddha memberi penghormatan kepada Bhikkhu.
Selepas sang Bhikkhu mendatangi umat-umatnya, ia berjalan untuk memasuki balai tempat umat Buddha melakukan peribadatan. Ia duduk di sebuah panggung berbentuk kotak untuk melakukan prosesi peribadatan.
Satu jam kemudian, umat Bhudda mengosongkan balai peribadatan untuk memberikan waktu khusus Bhikkhu mengambil makanan. Selesai Bhikkhu mengambil makanan, barulah umat Buddha bergantian masuk untuk mengambil makanan yang sudah tersaji.
Sebagai informasi, Pindapata adalah sebuah tradisi yang telah dilakukan sejak kehidupan Sang Buddha hingga saat ini. Prosesi tradisi ini yaitu umat Buddha membagikan sekepal nasi kepada Bhikkhu.
Pindapata merupakan gabungan antara dua kata dari bahasa Pali, yaitu Pinda yang berarti makanan dan Pata yang artinya mangkuk makanan.
Usut punya usut, Bhikkhu memiliki aturan yang melarangnya untuk membuat atau membeli makanan untuk dirinya sendiri. Maka dari itu, seorang Bhikkhu hanya dapat mendapatkan makanan dari umat Buddha yang datang ke Vihara.
Selepas Ritual Pindapata, Bhante Thitaviriyo Thera menerangkan acara hari ini merupakan sebuah pemberian berkah untuk umat Buddha.
“Pindapata itu bhante membawa mangkok kemudian umat berdana makanan kepada Bhante. Setelah itu bhante melakukan blessing. Karena di momen waisak ini, mereka berkesempatan untuk datang ke vihara untuk berbuat baik dengan benar,” terang Bhante Thitaviriyo.
Bhante Thitaviriyo Thera mengungkapkan perasaanya melihat antusiasme umat Buddha di Samarinda.
“Di momen waisak ini, mereka bisa dengan senang hati untuk datang. Yang awalnya datang cuman sendiri, sekarang membawa anak dan keluarganya. Ini suatu hal yang membahagiakan untuk saya,” ungkapnya.
Pandita Madya, Ferdianto Cahyadi menyebut, guyuran hujan yang sempat turun, tak menghalangi jalannya prosesi Ritual Pindapata.
“Semangatnya tahun ini, umat jauh lebih bersemangat lebih antusias untuk melaksanakan waisak,” ucapnya.
Kegiatan dalam momen Waisak dilanjutkan nanti malam. Hari Waisak sejatinya akan masuk pada pukul 21.52 WITA. Para bhikkhu akan melakukan meditasi selama 30 menit.
Ferdianto memastikan perayaan Waisak ini sudah matang. Ia juga berharap, rangkaian acara ini dapat terlaksana dengan baik dan umat Buddha bisa merayakan Waisak dengan penuh sukacita.
“Kebersamaan dan kerukunan betul-betul bisa kita capai dan kita tunjukkan kepada masyarakat bahwa umat Buddha adalah umat yang sangat menghargai kebersamaan dan persatuan,” pungkasnya. (*)