search

Daerah

PilkadaGubernurHetifahIsran NoorRudi Mas'udCalon Gubernur KaltimPilgub Kaltim 2024

Pilkada 2024 di Kaltim Disebut Tak Menarik Gegara Minimnya Wakil dari Kaum Perempuan

Penulis: Redaksi Presisi
Senin, 08 April 2024 | 982 views
Pilkada 2024 di Kaltim Disebut Tak Menarik Gegara Minimnya Wakil dari Kaum Perempuan
Mantan Ketua KPU Kalimantan Timur (Kaltim) Rudiansyah

Samarinda, Presisi.co - Mantan Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kalimantan Timur (Kaltim) Rudiansyah menyebut hingga saat ini kandidat untuk pemilihan kepala daerah Benua Etam belum ada yang menunjukkan perubahan menarik. Sebab hingga sekarang beberapa nama yang muncul dan digadang-gadang ikut dalam kontestasi lebih banyak kaum pria.

Diketahui beberapa nama Bakal Calon (Balon) tersebut yakni anggota DPR RI dan Ketua DPD Partai Golkar Kaltim Rudi Mas'ud, Walikota Samarinda Andi Harun, dan Plt Gubernur Kaltim Akmal Malik, hingga mantan Gubernur Kaltim Isran Noor.

“Menurut saya, sudah kesekian kali ketika Pilgub Kaltim. Para elit belum ada yang mampu menyediakan calon atau kandidat dari kaum hawa,” kata Rudiansyah, Minggu 7 April 2024.

Padahal, lanjutnya, apabila ada calon dari kaum hawa atau perempuan bisa menjadi faktor utama pemenangan. Contohnya Hetifah, yang kini kembali terpilih sebagai Anggota DPR RI perwakilan Kaltim periode 2024-2029 dengan perolehan suara terbesar yakni 146.023 suara.

“Ibu Hetifah ini memiliki pemilih yang loyal dan cerdas. Menurut saya ini sudah setengah kemenangan. Karena suara yang memilih Ibu Hetifah itu adalah suara loyalis yang cerdas, dan bukan pemilih transaksional,” jelasnya.

“Apalagi jumlah kandidat di Pilgub itu akan terbatas. Sehingga justru menambah pasar pemilih seorang Hetifah dari unsur pemilih perempuan,” sambungnya.

Dia menilai pada Pilkada November 2024 mendatang ini sangat transaksional atau istilah populernya dalam politik yaitu vote buying. Tapi dibalik itu, ada anomali. Seorang Hetifah dianggap mampu mengkristalkan suara pendukungnya yang loyalis dan memiliki kekuatan pemilih cerdas tersendiri.

“Pemilih cerdas itu dapat diartikan seorang Hetifah telah mampu mendapatkan suara dengan melawan arus transaksional. Karena Hetifah Lebih membangunan komitmen kerja. Sehingga setelah menjadi wakil Kaltim di pusat, Hetifah telah banyak memberikan sesuatu yang positif dan melahirkan kepercayaan,” tutur pria yang akrab disapa Rudi ini.

Bicara pilkada, kata Rudi, apabila kontestan hanya mengandalkan kekuatan logistik itu cukup rawan atau lemah. Dikarenakan kontestan Pilgub nanti sangat terbatas.

“Beda dengan pileg yang kontestannya ratusan dalam satu tingkatan. Karena terbatas, maka sesama kandidat akan sangat awas kepada kontestan lainnya. Sehingga kekuatan logistik belum tentu menemui ruang yang terbuka bahkan bisa jadi bumerang,” tuturnya.

Tapi bagi figur yang sudah pernah berbuat untuk Kaltim tentu memiliki tingkat kepercayaan yang lebih besar dan berujung pada tingkat keterpilihan.

Justru itu, figur seperti Hetifah ini disebut sangat kuat. Bahkan siapapun yang berpasangan dengan Hetifah setengah pekerjaannya sudah didapat.

“Siapapun yang mampu bergandengan dengan Hetifah atau figrs seperti Hetifah memiliki kekuatan kapital sosial, bukan kapital modal. Yang sudah dianggap berbuat untuk Kaltim tentu sangat besar peluangnya,” tegasnya lagi.

Dan bicara soal Hetifah, selain memiliki pemilih cerdas, ia juga telah menjadi bagian dari keterwakilan perempuan dalam politik di Kaltim.

“Jadi, apabila mau melihat pandangan akar rumput pemilih. Sudah saatnya para elit parpol mengajukan calon se-kualitas Hetifah dan atau figur-figur lain seperti Hetifah,” pungkasnya. (*)

Editor : R. Ayu