Mengenal Sosok Gabriel Attal, Perdana Menteri Termuda Prancis yang Ngaku Gay dan Anti-Islam
Penulis: Rafika
Rabu, 10 Januari 2024 | 1.357 views
Presisi.co - Sosok Gabriel Attal tengah menjadi sorotan publik internasional usai dirinya ditunjuk sebagai Perdana Menteri (PM) Prancis baru oleh Presiden Emmanuel Macron menggantikan Elisabeth Borne. Penunjukkan Attal sebagai Perdana Menteri dilakukan pada Selasa (9/1/2024).
Gabriel Attal yang menduduki jabatan PM Prancis di usia 34 tahun itu menjadikan dirinya sebagai kepala pemerintahan termuda di Prancis. Rekor PM Prancis termuda sebelumnya dipegang oleh sayap kiri Laurent Fabius, yang berusia 37 tahun ketika ditunjuk menjadi perdana menteri.
"Presiden menunjuk Gabriel Attal sebagai perdana menteri, dan menugaskannya untuk membentuk pemerintahan," demikian pernyataan Kantor Kepresidenan Prancis, dikutip dari AFP, Rabu (10/1).
Publik lantas ramai mengulik rekam jejak karier hingga kontroversial PM termuda Prancis ini. Berikut profil Gabriel Attal yang Presisi.co rangkum dari berbagai sumber.
Gabriel Attal telah terjun ke dunia politik sejak dirinya masih remaja. Ia diketahui bergabung ke Partai Sosialis ketika usianya menginjak 17 tahun. Namanya melejit di dunia politik Prancis setelah ditunjuk menjadi juru bicara pemerintah selama pandemi Covid-19.
Kemudian, Attal pernah menjadi menteri junior di Kementerian Keuangan. Dirinya juga sempat ditunjuk menjadi menteri pendidikan.
Atas kinerjanya, Attal disebut-sebagai sebagai salah satu menteri kabinet Macron yang paling cerdas dan komunikator yang pandai.
Mengaku Gay
Attal adalah sosok PM Prancis pertama yang terang-terangan mengakui dirinya gay. Ia sempat disingkirkan oleh rekan lamanya pada tahun 2018 silam ketika diangkat menjadi menteri junior pada mandat pertama Macron. Saat itu, Attal menjalin hubungan sesama jenis dengan eks penasihat politik Macron, Stephane Sejourne.
Kebijakan Anti-Islam
Pada tahun 2023 lalu, saat dirinya menjabat sebagai Menteri Pendidikan, langkah pertama yang diambilnya adalah melarang penggunaan pakaian abaya Muslim di sekolah-sekolah negeri. Kebijakan ini membuat popularitas Attal meningkat di kalangan pemilih konservatif. (*)