search

Daerah

Stunting SamarindaBank DuniaPuskesmas Samarinda

Penanganan Stunting Samarinda Sempat Menarik Perhatian Bank Dunia

Penulis: Nelly Agustina
Sabtu, 17 Juni 2023 | 1.403 views
Penanganan Stunting Samarinda Sempat Menarik Perhatian Bank Dunia
Kepala UPTD Puskesmas Mangkupalas, Kecamatan Samarinda Seberang drg. Rika Ratna Puspita (Nelly Agustina/Presisi.co)

Samarinda, Presisi.co – Sejak 2019 Bank Dunia menghimpun para pegiat yang peduli terhadap penanganan kasus stunting di Indonesia, termasuk yang dilakukan oleh Kepala UPTD Puskesmas Mangkupalas, drg Rika Ratna Puspita yang saat itu masih menjabat sebagai Kepala UPTD Puskesmas Bukuan, dengan programnya Pesut Mahakam.

“Awalnya saya dapat informasi tentang pengumpulan cerita langkah-langkah yang ditempuh daerah-daerah untuk penurunan angka stunting,” ungkapnya saat ditemui di ruangannya UPTD Puskesmas Mangkupalas pada Sabtu, 17 Juni 2023.

“Setelahnya diseleksi dan program ini akan menjadi best practice untuk diterapkan di daerah-daerah lain," sambungnya.

Rika bercerita, saat bertugas di Puskesmas Bukuan, tak sedikit kasus masalah gizi buruk yang ia temui. Apalagi, Puskesmas Bukuan saat itu belum memiliki tenaga Bidan yang cukup mumpuni.

Rika kemudian membentuk klaster-klaster untuk melakukan pendampingan kesehatan ibu dan anak, sehingga Rika menugaskan daerah binaan dengan membawahi 5 – 7 RT, dan saat itu terdapat 46 RT yang harus didampingi.

Saat itu, kata Rika pihaknya juga membentuk 3 pondok gizi yang membawahi 4 posyandu, karena Puskesmas Bukuan saat itu memiliki 12 Posyandu.

"Dan beberapa program pemantauan dan koordinasi bersama perangkat daerah,” sambungnya.

Angka kematian Ibu dan gizi buruk di Bukuan kata Rika memang tidak terlalu tinggi. Ketika dilakukan koordinasi dan program Pesut Mahakam ini angkanya berangsur menurun.

Lanjut terkait Bidan Asuh, giat satu ini juga diceritakan dia berdampak signifikan untuk mengurangi angka stunting. Para hamil melalui para bidan diedukasi untuk memenuhi gizi anak sejak dalam kandungan, akhirnya disebarkan ke keluarga dan lingkungannya untuk turut memenuhi gizi anak dan mendukung perkembangan anak.

“Dari 6 Bidan, semuanya memiliki kelas ibu hamil, kami akhirnya menggabungkan pondok gizi dan bidan asuh,” tambahnya

Sebenarnya kata Rika sejak 2019 Perwakilan Bank Dunia telah datang langsung untuk melihat program yang sedang berjalan dan menemui Pemerintah Kota Samarinda, bahkan sebelum pembentukan Tim Percepatan Penurunan Stunting saat ini.

“Cerita tersebut membutuhkan seleksi se-Indonesia, bukan hanya Bukuan saat itu tetapi ada beberapa daerah seperti Lombok Barat dan Surabaya,” ungkapnya.

Apa yang ia lakukan dalam Pondok Gizi melibatkan Bidan, Ahli Kesehatan Masyarakat dan Ahli Gizi adalah hal tepat karena dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 juga berisi hal yang sama.

“Maka kami sudah memulainya sejak tahun 2017, paling penting sebenarnya komitmen bersamanya,” ungkapnya.

Selanjutnya, ia terapkan di Puskesmas Mangkupalas melalui program 'Gabin Manis Digunting' yang mengadopsi program sebelumnya, menyesuaikan kemampuan SDM yang ada. 

“Saya membuat pendampingan 1 Kelurahan 1 bidang bergabung dengan Tim Pendampingan Keluarga,” sambungnya.

Sederhananya kata Rika saat pendampingan jika Tim Pendampingan Keluarga mendapatkan ibu hamil beresiko melahirkan anak lahir dengan gizi kurang maka dapat bisa langsung di intervensi.

“Misal dengan pengukuran lingkar lengan apakah sesuai atau tidak saat ibu mengandung,” ungkapnya.

“Kuncinya komunikasi dan koordinasi dapat membantu dalam penurunan angka stunting dengan cepat,” tambahnya mengakhiri. (*)

Editor: Redaksi