search

Opini

KaretZulhan Andika AsyrafKebun Karet di IndonesiaPotensi KaretHarga Karet

­­­­Sempat Menurun, Produksi dan Ekspor Karet Meningkat Kembali

Penulis: Opini
Jumat, 23 September 2022 | 1.526 views
­­­­Sempat Menurun, Produksi dan Ekspor Karet Meningkat Kembali
Ilustrasi. (Istimewa)

Presisi.co - Sub sektor perkebunan memiliki peran yang penting dan strategis bagi perekonomian Indonesia, seperti untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri, sebagai bahan baku industri, untuk pendapatan negara melalui ekspor, serta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Karet merupakan komoditas perkebunan terbesar kedua  setelah kelapa sawit. Indonesia memiliki potensi perkebunan karet yang sangat besar dengan luas perkebunan karet sebesar 3,776 juta hektare pada tahun 2021. Selain itu, produksi karet Indonesia mencapai 3,121 juta ton pada tahun 2021. Dengan produksi sebesar itu, Indonesia menjadi negara penghasil karet terbesar kedua setelah Thailand. Oleh karena itu, produksi karet memegang peranan penting dalam memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri maupun pasar global.

Karet merupakan komoditas yang penting mengingat banyaknya kegunaan dan pemanfaatan dari karet. Karet dapat dimanfaatkan pada berbagai macam industri. Karet merupakan bahan dasar pembuatan ban di mana hampir 70% karet alam diolah menjadi ban mobil. Karet juga digunakan sebagai bahan pada industri sintetis lainnya, seperti produk rumah tangga, produk kesehatan, peralatan olahraga, perkakas, dan sebagainya. Kegunaan dari karet tersebut membuat permintaan karet semakin tinggi dari waktu ke waktu. 

Menurut data BPS, luas lahan perkebunan karet selalu meningkat dari seluas 3,456 juta hektare pada tahun 2011 hingga menjadi seluas 3,776 juta hektare pada tahun 2021. Hal tersebut menunjukkan bahwa potensi perkebunan karet terus meningkat dari tahun ke tahun seiring dengan pesatnya perkembangan industri, termasuk industri otomotif yang membutuhkan karet sebagai bahan dasar ban. Sementara itu, produksi karet cukup fluktuatif di mana produksi karet meningkat pada tahun 2016 dan 2017, tetapi terus mengalami penurunan sejak tahun 2018 hingga tahun 2020. Produksi karet menurun sebesar 1,36% pada tahun 2018 dari seluas 3,68 juta ton menjadi 3,63 juta ton. Penurunan produksi kembali terjadi pada tahun 2019 di mana produksi karet menurun sebesar 9,06% menjadi 3,3 juta ton. Penurunan produksi karet terus berlanjut pada tahun 2020 di  mana produksi karet menurun sebesar 12,63% menjadi 2,884 juta ton. Penurunan produksi karet tersebut semakin anjlok dari tahun ke tahun hingga tahun 2020. Hal tersebut dapat mengancam ketersediaan karet yang dibutuhkan pada berbagai industri sehingga memerlukan perhatian khusus dari berbagai pihak.

Sebagai negara penghasil karet terbesar kedua setelah Thailand, karet merupakan salah satu komoditas ekspor yang penting di Indonesia. Negara tujuan ekspor karet Indonesia yang terbesar yaitu Amerika Serikat, kemudian diikuti oleh Jepang dan China. Penurunan produksi karet juga mengakibatkan penurunan ekspor karet Indonesia. Pada tahun 2018, ekspor karet mengalami penurunan sebesar 6,19% dari 2,922 juta ton menjadi 2,742 juta ton. Begitu juga pada tahun 2019 mengalami penurunan ekspor sebesar 10,99% menjadi 2,44 juta ton. Ekspor  karet terus mengalami penurunan sebesar 9,63% pada tahun 2020 menjadi 2,205 juta ton. Di samping itu, persentase penurunan nilai FOB ekspor karet jauh lebih dalam dibandingkan dengan penurunan beratnya. Nilai FOB ekspor karet yang sebesar 4,958 miliar USD pada tahun 2017 terus melemah hingga mencapai 2,9 miliar USD pada tahun 2020.

Berdasarkan data tersebut, peningkatan luas lahan perkebunan karet tidak diikuti dengan peningkatan produksi dan ekspor karet, melainkan produksi dan ekspor karet mengalami penurunan terus-menerus dari tahun 2018 hingga 2020. Hal tersebut menunjukkan bahwa ini merupakan permasalahan yang perlu penanganan ekstra untuk mencegah penurunan produksi dan ekspor karet yang berkelanjutan. Menurut Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, penurunan produksi karet terjadi disebabkan oleh serangan jamur Pestalotiopsis sp. yang menyebabkan penyakit gugur daun karet. Penyakit tersebut ditandai dengan munculnya bintik coklat pada daun muda yang kemudian berkembang menjadi bercak coklat tua hingga menyebabkan daun yang terinfeksi akan gugur sebelum waktunya. Penyakit tersebut telah menyerang lahan karet seluas 381,9 ribu hektare per Juli 2019 atau sekitar 10% dari luas lahan karet keseluruhan.

Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah mengambil beberapa kebijakan di antaranya penggunaan fungisida berbahan aktif heksakonazol atau propikonazol, serta pemberian bantuan pupuk untuk meningkatkan ketahanan tanaman karet terhadap serangan penyakit tersebut. Kebijakan tersebut perlahan-lahan dapat mengatasi penyakit gugur daun karet. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan produksi karet pada tahun 2021 sebesar 8,2% menjadi 3,121 juta ton yang diikuti dengan peningkatan luas perkebunan karet sebesar 2,58% menjadi 3,776 juta hektare. Meningkatnya luas dan produksi karet juga diikuti dengan peningkatan ekspor karet di mana berat ekspor karet mengalami peningkatan sebesar 3,25% menjadi 2,277 juta ton pada tahun 2021.

Peningkatan produksi dan berat ekspor karet tersebut memang belum terlalu signifikan. Jumlah produksi karet pada tahun 2021 masih di bawah jumlah produksi dari tahun 2014 hingga 2017. Berat ekspor karet tahun 2021  juga masih di bawah berat ekspor dari tahun 2012 hingga 2017. Meskipun demikian, nilai FOB ekspor karet mengalami peningkatan  yang cukup drastis sebesar 34,22% menjadi 3,894 miliar USD pada tahun 2021. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan jumlah produksi yang tidak terlalu besar, harga ekspor karet mampu kembali naik pesat walaupun peningkatan berat ekspor tidak terlalu signifikan. Peningkatan harga ekspor karet tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan petani dan memperkuat komoditas karet. Peningkatan produksi karet tersebut memang belum dapat mengembalikan produksi karet seperti kondisi semula, tetapi upaya dan penanganan yang dilakukan secara berkelanjutan akan dapat terus meningkatkan produksi dan ekspor karet. Hal tersebut diharapkan dapat mengembalikan dan memperkuat komoditas karet.

Penulis: Zulhan Andika Asyraf (Mahasiswa Politeknik Statistika STIS)

Opini ini adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi Presisi.co