Bahaya Jual Bensin Eceran di Pinggir Jalan, Begini Pesan Wakil Ketua DPRD Samarinda
Penulis: Jeri Rahmadani
Rabu, 20 April 2022 | 1.230 views
Samarinda, Presisi.co - Wakil Ketua DPRD Samarinda Subandi, angkat bicara terkait kebakaran maut yang terjadi di Jalan AW Syahranie pada Minggu, 17 April 2022 lalu.
Kebakaran maut yang merenggut 7 nyawa itu, disebut Subandi menambah panjang daftar peristiwa nahas dampak penjualan Bahan Bakar Minyak (BBM) ecer di tepi jalan Kota Tepian.
Sebagaimana diketahui, mobil starada yang dikemudikan oleh MR menabrak tempat bbm eceran yang ada di lokasi kejadian. Dampaknya, kebakaran hebat pun terjadi, sementara 8 orang yang berada dalam rumah, terjebak kepulan asap kebakaran. Dan, menyebabkan 7 orang tewas, sementara 1 korban selamat dilarikan ke rumah sakit.
“Kasus kebakaran itu menyebabkan korban jiwa. Ternyata faktor utamanya bukan karena mobil yang menabrak. Tapi bensin yang ditabrak akhirnya menimbulkan api,” ucapnya, saat dikonfirmasi, Rabu 20 April 2022 sore.
Meski pernah terjadi kebakaran serupa, Subandi menguraikan bahwa insiden di Jalan Aw Syahranie merupakan peristiwa yang besar, sebab hingga merenggut nyawa 7 anggota keluarga yang berada di bangunan tersebut.
Politisi PKS itu membeberkan, bahwa kebakaran yang disebabkan oleh penjualan BBM eceran itu pun juga tak hanya terjadi di Samarinda. Di beberapa daerah lain di Kalimantan Timur juga pernah terjadi hal serupa.
“Ada beberapa daerah dengan kasus yang sama, kebakaran karena Pertamini. Jadi selangnya itu konslet kemudian menyambar rumah di sekitarnya,” ungkap Subandi.
Atas peristiwa nahas itu, Subandi menilai bahwa penjualan BBM eceran tentu sangat rawan terjadinya kebakaran.
“Dari sisi keamanan itu rawan sekali bahaya kebakaran. Ini di Samarinda baru kejadian satu kasus. Saya harap jangan sampai kejadian serupa itu terulang kembali,” imbuhnya.
Subandi merasa bahwa seharusnya penjualan BBM eceran hanya dilakukan di daerah pelosok yang memang jauh dari SPBU.
“Harusnya bukan daerah kota gini. Kecuali di Sebulu atau Teluk Dalam di pinggir Makroman gitu, masih wajarlah. Kalau daerah pelosok gitu, kan memang daerah yang jauh dari SPBU,” tutupnya. (*)