Comeback di Masa Pandemi, Teater Yupa Angkat Isu Kekerasan Seksual
Penulis: Jeri Rahmadani
Sabtu, 18 Desember 2021 | 2.287 views
Samarinda, Presisi.co - Isu tentang kekerasan seksual menjadi tema yang diangkat oleh Tetater Yupa asal Universitas Mulawarman (Unmul) dalam pentas tahunan ke-28 pada Sabtu, 18 Desember 2021.
Pertunjukan seni drama orang yang digelar di gedung Auditorium Unmul itu merupakan pentas perdana Teater Yupa di masa pandemi Covid-19. Dan dihadiri perwakilan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kaltim dan Kota Samarinda.
Kepada awak media, Pengawas Sekolah Disdikbud Kaltim, Suharyono menyebut kesenian merupakan kreatifitas yang dari tahun ke tahun perkembangannya terus meningkat di Kaltim.
"Khususnya kepada mahasiswa ini juga penting. Karena dalam jiwa kita ada nilai seni yang perlu di aktualisasikan. Baik mengangkat isu tertentu ataupun gagasan kreatif. Dengan seni hidup kita juga semakin indah," ujarnya usai pentas teater bertajuk "Tempat Tergelap di Bawah Lampu" tersebut.
Suharyono menyatakan bahwa kesenian tak terbatas hanya pada teater semata, namun turut ada musik, tari tradisional, atau seni dengan unsur kesenian lainnya. Ia berharap agar Teater Yupa Unmul khususnya, serta praktisi kesenian di Kaltim bisa terus berkreasi hingga berada di kancah nasional, bahkan internasional.
Sementara itu, Kasi Adat Tradisi Disdikbud Kota Samarinda, Arbain menyatakan pihaknya akan melakukan pendataan serta pembinaan terhadap pelaku seni, khususnya pada sektor kesenain teater di Kota Samarinda. Hal tersebut dilakukan agar terus mendorong ruang kesenian semakin baik di Kota Tepian.
"Saya baru perdana menonton. Memang kualitas dan progres cukup baik. Ke depan pasti akan lebih baik lagi," ungkapnya.
Untuk diketahui, bahwa pentas tahunan ke-28 Teater Yupa Unmul itu untuk kesekian kalinya membawakan pertunjukan dengan naskah yabg dibuat sendiri.
Penulis naskah sekaligus sang sutradara, Risti Triana Raiman menyampaikan, alasan tema kekerasan seksual diangkat oleh pihaknya lantaran isu tersebut bukanlah masalah baru.
"Apa yang ingin disampaikan dalam naskah sebenarnya berangkat dari kegelisahan saya sendiri. Pelecehan dan kekerasan seksual sudah lama, namun kenapa hingga saat ini masih marak," ujarnya.
Risti membeberkan, proses persiapan pertunjukan berjalan sejak awal 2021 dan sempat terkendala pandemi Covid-19. Dengan tim yang berjumlah sekitar 20-an orang, sempat terkendala lantaran ada anggota tim yang terinfeksi Covid-19.
"Untuk pematangan observasi, kami lakukan pendalaman setting latar ruangan penyidik di kantor kepolisian. Agar pertunjukan bisa lebih nyata," pungkasnya. (*)