search

Berita

Akidi TioHeriyantiBantuan Rp 2 Triliun

Fakta Sebenarnya tentang Akidi Tio, Penelusuran hingga ke Makam, dan Cerita Merantau dari China

Penulis: Presisi 1
Jumat, 13 Agustus 2021 | 1.190 views
Fakta Sebenarnya tentang Akidi Tio, Penelusuran hingga ke Makam, dan Cerita Merantau dari China
Makam Akidy Tio. (Suara.com)

Jakarta, Presisi.co - Nama mendiang Akidi Tio belakangan menjadi sorotan usai kasus sumbangan keluarganya yang bernilai Rp 2 triliun untuk penanganan Covid-19 Sumatera Selatan (Sumsel). Namun, donasi bernilai fantastis tersebut ternyata bodong alias tak pernah cair. Buntut dari kasus itu, anak bungsu Akidi Tio pun diperiksa polisi. Publik pun kemudian penasaran dengan sosok pengusaha Aceh tersebut. Makam mendiang pun ikut menjadi perhatian.

Hal itu lantaran foto Kapolda Sumsel, Irjen Pol Eko Indra Heri beredar saat berada atau ziarah di makam Akidi Tio yang bersebelahan dengan makam istrinya. Makam Akidi Tio terlihat megah dan mewah, batu nisan juga berukuran besar dan tulisannya terbuat dari emas. Keterangan pada batu nisannya hampir sebagian besar ditulis dalam Bahasa Hokkien, bukan Bahasa Indonesia.

Dari penelusuran SuaraSumsel.id, jaringan media Presisi.co dari Suara.com, untuk membaca bahasa hokkien memang ada dua pilihan, bisa dimulai dari kanan atau dimulai dari kiri. Dalam nisan tertulis tanggal lahir Akidi Tio, tertulis 5-13-1920. Di bagian kanan makam tertulis shengyu yijiuerling, wuyue, dan shisanri. Penulisan tanggal ini dibaca, Akidi Tio lahir bulan lima, wuyue, pada hari ke 13, shinsanri dan tahun 1920, shengyu yijuerling. Sementara pada tanggal wafatnya, penulisannya 29-5-2009.

Di bagian kanan makam tertulis siyu elinglingjiu, wuyue, nianjiuri, dan jam kepergiannnya. Jika penulisan demikian, maka Akidi Tio ini wafat tahun 2009, siyu elinglingjiu, pada bulan 5, wuyue, hari 29, nianjiuri dan antara waktu jam 11 malam hingga jam 1 siang. Menariknya lagi, ternyata penulisan nama Akidi ada di makam ini dalam bahasa Indonesia. Namun penulisan nama yang tepat ialah AKIDY, bukan AKIDI seperti halnya tertera di papan penyerahan donasi AKIDI TIO Rp 2 triliun.

Ini membuat janggal, mengapa nama Akidy, dibiarkan salah oleh anak Akidi Tio yang datang pada saat penyerahan bantuan simbolik Rp 2 triliun tersebut. Apakah nama Akidi atau Akidy dinilai sama saja, atau memang nama ini bukan nama populer yang bersangkutan. Kini penulisan nama yang diketahui ialah Akidy.

Selain nama berbahasa Indonesia, ada juga penjelasan nama Akidy. Yakni, jika makam tersebut milik siapa atau nama Akidy dalam bahasa hokkiennnya. Di makam tersebut tertulis, jika ini ialah makam Almarhum Zhang Yaji (dalam pembacaan dari kiri), namun jika pembacaan dari kanan, dibaca ini adalah makam Almarhum Zang Ji Ya. Yang dalam bahasa Hokkiennya ditulis, Thio A Ki. Penulisan nama yang tepat Akidi Tio, seharusnya Akidy Thio A Ki.

Akidy diketahui lahir di Guangdong Heifeng (pembacaan dari kiri), atau jika pembacaan dari kanan, Akidy lahir di Heifeng, Guangdong. Bahasa Hokkiennya, Kwangtung Kaifeng, atau diartikan lahir di Guangdong Desa Kaifeng atau Desa Kaifeng, Provinsi Guangdong, China. Dari mereka yang turut membaca tulisan di makam Akidy diketahui, ada penyebutan jika sosok Akidi ialah orangtua yang terhormat dan baik hatinya. Sedangkan deretan tulisan di bagian kanan, ialah semua nama anak beserta cucunya.

Diketahui anak Akidy sebanyak delapan orang bukan tujuh orang seperti halnya banyak ditulis sebelumnya. Ia punya anak delapan, terdiri dari lima anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Setelah sederet nama anak, juga ada barisan nama cucu. Pembacaan anak dan nama cucu sebenarnya bisa dibaca di batu nisan makam Akidy ini.

Jika Akidy lahir di Desa Kaifeng, Provinsi Guangdong, China pada tahun 1920, ia tentu menjalani perjalanan perantauan yang cukup panjang hingga sampai Indonesia. Meski belum diketahui kapan tepatnya Akidi di Indonesia atau malah ke Palembang, Sumatera Selatan, lalu dalam perjalanan hidupnya menyebutkan ia pengusaha di Langsa Aceh.

Jika dihubungkan, dari tempat lahir hingga jadi pengusaha dan akhirnya dimakamkan di Palembang, memang jalur perdagangan kala waktu dulu, yakni mulai dari China, Hongkong, Singapura, Aceh, Indonesia. Jika masih hidup saat ini, Akidy Tio berusia 101 tahun. Ia wafat di usia 89 tahun, usia yang cukup panjang bagi seorang perantau. Setidaknya Akidy sempat mengetahui enam Presiden Indonesia, mulai dari Soekarno, Soeharto, Habibie, Gus Dur, dan Megawati serta wafat saat masih suasana pemilihan presiden 2009.

Sementara itu, penjaga makam Akidi Tio bernama Sulaiman juga punya cerita terkait keluarga pengusaha Aceh tersebut. Sulaiman sempat kaget dengan kehebohan donasi Akidy Tio Rp 2 triliun. Ia mengingat bahwa anak bungsu Akidy Tio punya janji membayar gaji Rp 2,5 juta yang belum juga dibayarkan selama dua tahun terakhir.

Lima tahun silam Sulaiman pernah mengunjungi rumah Heriyanti di wilayah Sekip, dengan tujuan mengambil uang upah menjaga makam. Setelah kepindahannya, Sulaiman belum pernah lagi mendatangi rumah baru anak Akidi Tio tersebut. Di antara anak-anak Akidi, Sulaiman mengaku hanya mengenal Heryanti, anak bungsu Akidy. Meskipun saat melakukan aktivitas ziarah anak Akidi Tio kerap membawa rombongan banyak, sehingga ia tidak mengetahui betul urutan anak-anak lainnya. “Kalau saya lihat Ibu Heriyanti gayanya biasa saja, tapi tidak tahu kalau Almarhum punya harta atau saudaranya,” ucap Sulaiman.

Makam tersebut letaknya bersebelahan dengan makam sang istri, Ratna yang meninggal empat tahun lebih dulu dari Akidy Tio. Menurut keterangan Sulaiman, Heriyanti minta Makam yang berukuran 10x6 meter dari batu granit atau di Palembang lebih dikenal dengan batu sikat tersebut dibersihkan setiap tanggal 4 di bulan april. Dengan material makam yang jika dihitung saat ini bernilai belasan juta rupiah, lelaki berusia 53 tahun tersebut menyebut makam Akidi Tio bisa dibilang mewah. Sedangkan nisannya dipesan langsung dari Jakarta yang bertuliskan dari emas. (*)

Sumber: Suara.com