search

Daerah

Nenek Meninggal Dunia di Ambulans Ditolak Rumah Sakit Samarinda Dokter Sisi

Ditolak Rumah Sakit, Seorang Nenek di Samarinda Meninggal Dunia di Ambulans

Penulis: Jeri Rahmadani
Senin, 26 Juli 2021 | 2.034 views
Ditolak Rumah Sakit, Seorang Nenek di Samarinda Meninggal Dunia di Ambulans
Situasi Relawan Masjid At Taufiq saat mengantarkan nenek berusia 80 tahunan asal Perumahan Puspita Bukit Pinang, Samarinda yang ditolak RSUD AWS dan meninggal dunia di ambulans. (Herman for Presisi.co)

Samarinda, Presisi.co – Seorang nenek berusia 80 tahunan meninggal dunia setelah berhadapan dengan prosedural rumah sakit pelat merah di Kaltim.

Warga yang tinggal di Perumahan Puspita di Jalan Pangeran Suryanata, Bukit Pinang, Samarinda Ulu itu terpaksa mengembuskan napas terakhir di dalam ambulans lantaran tak diizinkan masuk ke dalam RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) karena beberapa alasan.

Ketua Relawan Masjid At Taufiq Bukit Pinang, Imbran, yang membawa nenek tersebut saat masih kritis menjelaskan, sekira pukul 03.00 Wita, Senin 26 Juli 2021, ia berusaha mengantarkan nenek tersebut dari Perumahan Puspita Bukit Pinang menuju RSUD AWS. "Namun di RS AWS ditolak, ditahan di luar oleh petugas jaga (security). Katanya perawat juga tidak sedang menerima pasien lagi," ungkap Imbran, Senin 26 Juli 2021.

Ia menyebut, alasan perawat RSUD AWS tidak menerima pasien karena tidak ada stok oksigen. Sedangkan, Imbran berpendapat, di RSUD AWS 01 oksigen diketahui masih banyak. "Kami tetap bersikeras, karena pasien sangat kritis. Namun tetap ditahan. Relawan juga sempat marah-marah," katanya.

Takdir berkata lain, nenek tersebut akhirnya meninggal dunia saat masih berada dalam ambulans. Imbran mengetahui itu saat mengecek. Lalu diserahkan kepada pihak rumah sakit untuk dipastikan kembali. "Namun sampai pagi baru dapat kabar lagi, masih belum diapa-apakan jenazahnya. Masih di belakang (tempat jenazah). Cucunya masih menunggu," katanya.

Berdasarkan keterangan cucu dari nenek tersebut yang ikut mengantarkan bersama relawan, Imbran tak dapat memastikan apakah nenek tersebut tengah mengidap Covid-19 atau tidak. "Keluhan awal kaki saja. Tapi kemudian ada sesak napas. Nah, karena sesak napas, kami bawa ke AWS. Ternyata diterlantarkan," imbuh Imbran.

Sementara itu, Kepala Instalasi Humas & PKRS dr Arysia Andhina membenarkan kejadian tersebut. Perempuan yang karib disapa Dokter Sisi itu menjelaskan, hal tersebut terjadi lantaran mereka sudah kewalahan menangani pasien. "Memang benar ada kejadian seperti itu. Kemampuan kami menangani pasien sudah sampai batas maksimal. Dampak seperti ini pasti akan terjadi," ungkapnya.

Menurutnya, RSUD AWS bukan menolak pasien. Tapi sudah tidak mampu lagi menangani semua pasien yang datang. Ditambah, sampai saat ini sudah ada 250 lebih tenaga kesehatan (nakes) RSUD AWS yang juga sedang isolasi mandiri (isoman). "Keluarga pasien ini juga sudah menghubungi rumah sakit lain, dan mereka juga tidak sanggup," lanjutnya.

Dia menambahkan, RSUD AWS mengharapkan ada penambahan fasilitas kesehatan untuk mengatasi masalah overload pasien ini. Arysia kemudian menyerahkan hal ini kepada pemerintah daerah setempat berkaitan dengan wewenang. "Tetapi mengingat nakes saat ini merupakan SDM yang sulit dicari, tentu akan memerlukan waktu untuk merealisasikannya dengan segera. Sehingga pencegahan penyebaran di masyarakat dan edukasi serta sosialisasi masalah keterbatasan fasilitas kesehatan saat ini perlu juga disampaikan ke masyarakat," pungkasnya.

Diketahui, jenazah akan dilakukan pemulasaran di RSUD AWS, lalu dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum (TPU) di daerah Jongkang, Kutai Kartanegara. (*)

Editor: Rizki