TPA Bukit Pinang Segera Ditutup, Pemkot Samarinda Wacanakan Kelola Sampah Plastik Jadi Solar
Penulis: Jeri Rahmadani
Jumat, 11 Juni 2021 | 1.479 views
Samarinda, Presisi.co – Pemkot Samarinda berencana mengelola sampah plastik menjadi bahan bakar ramah lingkungan berupa solar. Pengelolaan dilakukan dengan bekerjasama dengan pihak ketiga yakni PT Geo Trash Management.
Seperti diberitakan sebelumnya, Wali Kota Samarinda Andi Harun masih terus menguber sumber pendanaan lain untuk mengatasi beragam persoalan di Kota Tepian. Tidak bersandar APBD Samarinda semata.
Andi Harun mengatakan, pendanaan melalui corporate social responsibility (CSR) sedang diinventarisasinya. Pengelolaan sampah menjadi solar, merupakan salah satu upaya pemkot menangani persoalan sampah.
Andi Harun tak menampik, Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Bukit Pinang sudah melebihi kapasitas. Ditegaskannya TPA Bukit Pinang akan ditutup 2021 ini dan dialihkan sementara ke TPA Sambutan. "TPA Sambutan transit saja. Sembari kami menetapkan lokasi TPA abadi, setelah Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda melakukan kajian," ungkap Andi Harun, Kamis 10 Juni 2021.
Ia menjelaskan, TPA Sambutan sementara ini digunakan namun belum sepenuhnya. Sebab TPA Bukit Pinang belum ditutup. Dikatakannya, TPA peralihan di Sambutan itu masih bisa bertahan menampung sampah rumah tangga dan sampah rumah tangga sejenis, hingga dua sampai tiga tahun lamanya. "Jadi masih cukup waktu untuk menetapkan TPA abadi yang permanen. TPA Bukit Pinang tahun ini bakal ditutup," tegasnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda, Nurrahmani telah mendapat kabar terbaru dari Dinas Pertanahan Samarinda usai bertemu Dinas PUPR Samarinda, Senin 7 Juni 2021. "Kabarnya TPA Sambutan itu sudah dipasang patok tanah. Nanti ditinjau dengan BPN untuk penetapan bidang," ungkap pejabat yang karib disapa Yama.
Untuk sekarang, dia sudah meminta mobil-mobil kecil dari dunia usaha untuk membuang sampah di TPA Sambutan. Sebab di sana hanya terkendala ruas jalan yang kecil saja. "Tapi seperti dikatakan wali kota, TPA Sambutan bertahan dua hingga tiga tahun. Tapi jikalau investasi sampah plastik terlaksana, TPA Sambutan bisa bertahan lebih lama lagi. Sebab, sampah dipilah dan otomatis berkurang," tuturnya.
Nurrahmani menyebut, pencarian lokasi TPA abadi masih perlu persiapan matang. Bisa saja terjadi kendala pada penetapan lokasi TPA permanen tersebut. "Progres yang di Samarinda Utara itu dokumen-dokumen kajiannya sudah dilakukan, bahkan sudah disandingkan dengan provinsi," terangnya.
"Namun ada satu kendala kemarin saat ada IUP orang. Tapi kami sudah bersurat dengan IUP orang tersebut. Karena itu hanya IUP dan mereka belum miliki (operasi)," tambahnya.
Nurrahmani menjelaskan, pengelolaan sampah plastik menjadi bahan bakar solar. Disebutnya, 800 liter solar dihasilkan dari 1 ton sampah plastik berjenis apa saja. Mulai dari bungkus mi instan, kemasan sachet, hingga bungkus-bungkus plastik lainnya. "Mereka (PT Geo Trash Management) akan beli sampah plastik dari bank sampah yang dikelola DLH," terangnya.
Dia belum mengetahui pasti bagaimana proses teknis pengelolaan sampah plastik menjadi solar hingga mampu berkualitas sekelas dexlite tersebut. Hal itu disebutnya merupakan ranah PT Geo Trash Management.
Meski demikian, dia menegaskan, berdasarkan rapat Pemkot Samarinda pada Selasa 8 Juni 2021 mengenai rencana kerjasama investasi pengelolaan sampah yang melibatkan DLH, disampaikan tidak ada polusi dari transformasi sampah plastik yang menjadi solar tersebut. "Mungkin ada emisi atau dampak dari masalah yang dipertentangkan, tapi itu tidak melebihi batas," jelasnya. Rencananya, pengelolaan sampah plastik menjadi solar ini akan dilakukan di TPA peralihan Sambutan.
Dinyatakannya, teknologi pengelolaan sampah plastik yang akan digunakan sama seperti sistem yang kini sudah dijalankan PT Geo Trash Management di Nusa Tenggara Barat (NTB).
Diketahui, berdasarkan data DLH Samarinda, Kota Tepian menghasilkan 20 ton sampah plastik dalam sehari. Dari 20 ton sampah plastik tersebut, mampu menghasilkan solar sebanyak 14 ribu solar dalam sehari. Nilai jual jika dikalikan dalam sebulan mencapai penjualan sekira Rp 2 miliar. (*)