Warga Keluhkan Asap di TPA Bukit Pinang, Andi Harun Akan Pindahkan Gunung Sampah ke Sambutan
Penulis: Jeri Rahmadani
Jumat, 04 Juni 2021 | 2.605 views
Samarinda, Presisi.co – Kepulan asap bercampur aroma tak sedap langsung menyeruak ketika memasuki kawasan Tempat Pembuangan Sampah Akhir (TPA) Bukit Pinang, Samarinda. Sampah yang menggunung itu sudah melebihi kapasitas. Hidup berdampingan dengan gunung sampah yang belakangan kerap mengeluarkan asap itu membuat warga semakin resah.
"Pernah kami coba memadamkan asap namun tak berhasil. Kecuali musim hujan datang. Meski, api tidak mati, asap jauh berkurang," ungkap warga RT 14 Bukit Pinang, Selamat Hadi, 50 tahun.
Hadi memang punya rencana pindah rumah. Namun dirinya harus berpikir dua kali lantaran butuh modal yang tidak sedikit.
Warga RT 14 Bukit Pinang, Bahtiar, mengatakan, pada awal 2021, terjadi longsoran sampah yang menyebabkan akses jalan warga tertutup. Setidaknya ada 15 kepala keluarga (KK) yang terdampak. Longsor terjadi diduga karena hujan deras.
Berdasarkan catatan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda, TPA Bukit Pinang menerima sampah sebanyak 425 ton dalam sehari. Sampah berasal dari dua jenis, yakni sampah rumah tangga dan sampah rumah tangga sejenis seperti restoran, rumah makan, dan mal. Dalam sehari pula, rata-rata satu orang Samarinda menghasilkan sampah 0,7 kilogram.
Kepala UPTD Pengelolaan Sampah TPA Bukit Pinang Arief Rahman menjelaskan, aktivitas pembuangan sampah berlangsung 24 jam. Alasan munculnya banyak asap, tak ayal akibat terbakarnya sampah. "Sampah itu terbakar sendiri. Karena ada zat gas metana sampah. Kalau terkena panas akan terbakar," ungkapnya kepada Presisi.co, Jumat 4 Juni 2021.
Arief menjelaskan, sejauh ini sudah banyak keluhan warga. Mulai dari asap hingga aroma tak sedap. Sebelum dirinya menjabat pada 2018, keluhan sudah kerap dilontarkan warga. "Tapi ya mau diapa? Kondisinya begini. TPA Sambutan belum selesai akses jalannya," jawab Arief.
Keluhan dilontarkan warga melalui media sosial, menulis keluhan di depan Kantor Kelurahan Bukit Pinang, hingga melaporkan ke DPRD Samarinda. "Bahkan, ada yang melaporkan langsung ke kantor DLH," ucap Arief.
"TPA Sambutan sudah dibuka pada 2013 lalu. Kemarin sempat beroperasi dengan menumpang jalan tambang. Namun semenjak tambang tutup, warga memberikan jalan dengan syarat ada retribusi untuk warga. Kalau kami harus bayar, dananya dari mana?" paparnya.
Disulap Jadi Ruang Terbuka Hijau
Wali Kota Samarinda, Andi Harun, berencana mendatangkan investor dari Korea Selatan untuk mengelola sampah. Hal itu diungkapkannya melalui Facebook pribadinya, Rabu 2 Juni 2021. "Samarinda akan membangun TPA baru, karena saya sudah memutuskan akan menutup dan memindahkan TPA Bukit Pinang," tulisnya Rabu 2 Juni 2021.
Andi Harun menuturkan, saat ini masih diperlukan beberapa armada roda tiga untuk menunjang pengangkutan sampah dari tingkat rumah tangga (RT) ke TPS, hingga akhirnya dikumpulkan di TPA baru. Dibutuhkan banyak anggaran yang tak bisa hanya bersumber dari APBD Samarinda. Sehingga, menurutnya, kerja sama dengan pihak ketiga adalah upaya mengatasi masalah tersebut. "Demikian tak kalah pentingnya kebutuhan akan industri pengolahan sampah yang berkelanjutan (sustainable process)," urai Andi Harun.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Samarinda, Nurrahmani mengatakan, pemindahan TPA Bukit Pinang ke Sambutan masih menunggu koordinasi antara Dinas Pertanahan Samarinda dengan DPRD Samarinda. Dia berharap proses tersebut dapat segera rampung. "Senin 7 Juni 2021 mereka akan bertemu," terang Nurrahmani.
Pemindahan posisi dari TPA Bukit Pinang ke Pelita VII Sambutan mulai dilakukan. Nurrahmani menjelaskan, sejatinya TPA Sambutan itu sudah dapat dibuangi sampah. Namun, akses jalan di sana belum bisa dilewati.
TPA Bukit Pinang mulai beroperasi sekira 1992 silam. Seharusnya pada 2013 lalu sudah berhenti beroperasi berdasarkan prosedural. Namun, karena beberapa alasan yang tak diungkapkannya, hingga saat ini masih dipakai. Dia menyebut, ketika TPA dipindahkan ke Sambutan, eks TPA Bukit Pinang dijadikan ruang terbuka hijau (RTH). Ada rencana membuat Bank Sampah Induk. Bukan pulungan, artinya kami mengatur manajemen sampah. Bank Sampah yang dikelola masyarakat juga ditampung di sana. "Ada pula wacana menjadikan sampah menjadi gas," pungkasnya. (*)