Pandemic Fatigue, Kelelahan Menghadapi Masa Pandemi yang Sarat Risiko
Penulis: Redaksi Presisi
Minggu, 29 November 2020 | 847 views
Presisi.co - Keterbatasan dan ketidakpastian yang berlangsung selama berbulan-bulan di masa pandemi menyebabkan kelelahan serta kejemuan yang dikenal sebagai pandemic fatigue. Kondisi tersebut tak hanya membuat Anda kelelahan secara fisik, melainkan juga mental karena dihadapkan pada tekanan mengikuti protokol kesehatan maupun mengambil keputusan untuk bertahan hidup.
Berdampak pada pencegahan penularan
Ketika kasus pertama Covid-19 diumumkan di Indonesia, masyarakat berbondong-bondong menelusuri informasi relevan yang akan membantu mereka menekan penularan. Tak sedikit pula yang berharap pencegahan dini tersebut akan membantu pengendalian penyebaran virus Corona. Sayangnya, hingga November 2020, kasus Covid-19 masih tinggi, yakni hingga lebih dari 470 ribu kasus dengan pertambahan kasus yang bisa tembus angka 5.000 setiap harinya.
Menghadapi kenyataan tersebut, masyarakat mulai memikirkan jalan alternatif untuk meneruskan pekerjaan yang tak bisa ditunda terlalu lama. Hal ini berkaitan pula dengan laporan dari WHO yang menyatakan bila pandemic fatigue terjadi akibat rendahnya persepsi risiko bahaya dari Covid-19. Akibatnya, masyarakat pun mulai meninggalkan protokol kesehatan 3M yang sempat gencar dikampanyekan pemerintah sebagai bentuk perlindungan.
Menerapkan pola hidup baru berkelanjutan
Pandemic fatigue yang diakibatkan kelelahan mengikuti protokol kesehatan sebenarnya dapat dipahami. Namun, bukan berarti masyarakat lalai dengan kenyataan yang sedang terjadi hingga menurunkan kewaspadaan mereka.
Psikolog klinis dari John Hopkins Medicine, Carisa Parrish, mengatakan bahwa menerapkan pola hidup baru secara berkelanjutan memang sulit, terutama tanpa dukungan keluarga dan orang-orang terdekat. Parrish pun menyayangkan sikap orang-orang yang justru senang melakukan hal berisiko meski nyawa mereka menjadi taruhan.
Dibutuhkan kesadaran dari diri sendiri untuk menjaga komitmen supaya kesehatan tak terganggu selama masa pandemi. Selain membiasakan diri dengan protokol kesehatan, masyarakat diimbau juga untuk memahami setiap risiko serta konsekuensi saat mereka mengabaikan anjuran dari pemerintah maupun WHO terkait Covid-19.
Parrish pun memungkas bila penerimaan terhadap kenyataan baru dan protokol kesehatan bisa membantu pencegahan Covid-19 maupun kemunculan wabah lain di masa depan. Dengan begitu, peluang pandemi berakhir akan lebih besar.