search

Daerah

ImunofluoresensiCovid-19samarindaCorona

Dr Osa Sebut Samarinda Belum Transmisi Lokal, Ini Buktinya

Penulis: Putri
Rabu, 06 Mei 2020 | 1.714 views
Dr Osa Sebut Samarinda Belum Transmisi Lokal, Ini Buktinya
Kabid P2P Dinkes Samarinda dr Osa Rafshodia

Samarinda, Presisi.co - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Samarinda melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Osa Rafshodia, mengungkapkan terkait penggunaan alat Imunofluoresensi untuk tes cepat. Menurutnya jika menggunakan alat tersebut bisa menemukan klaster lokal yang ada di Kota Samarinda.

Alat itu dinilai lebih akurat dari alat rapid test yang sebelumnya di gunakan. Bahkan, mendekati dengan hasil yang dikeluarkan PCR. Alat ini juga digunakan di Korea Selatan dan berasal dari negara ginseng tersebut.

"Untuk di Indonesia hanya ada 12 alat saja di tiap kabupaten," katanya, saat teleconference bersama awak media, Senin (4/5/2020).

Melalui gugus tugas Covid-19 Samarinda, pemerintah mengajukan permohonan soal alat tersebut. Ia juga menyampaikan di Samarinda ada 2 alat tersebut.

"Kita telah melakukan tes sebanyak 275 kasus dan dari berbagai elemen. Semua hasilnya negatif," terangnya.

Dinkes Kota Samarinda juga telah melakukan tes Rapid sebanyak 1375 kasus, termasuk yang menggunakan alat terbaru ini. Hingga kini, belum ada bukti bahwa Samarinda mengalami transmisi lokal.

"Semua kontak erat dari klaster-klaster terdahulu, keluarganya belum ada yang positif dengan tes Imunofluoresensi ini," katanya.

Minggu ini pun Dinkes akan mempersiapkan skenario memperluas tes Imunofluoresensi untuk pasien di puskesmas. Hal itu guna memantau orang dalam pemantauan (ODP) serta pasien-pasien yang ada disana.

"Dengan ini juga kami akan mampu memetakan hotspot daerah yang berpotensi terjadi transmisi lokal, dan akan mengambil langkah-langkah bersama gugus tugas," lugasnya.

Dihubungi melalui telepon seluler, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinkes Kota Samarinda Ismed Kosasih membenarkan hal tersebut. Hal itu karena keakuratan alat tersebut yang hampir sama dengan PCR.

"Kita jadi bisa lebih selektif, kalau alat rapid test biasa itu hanya kualitatif saja, kalau ini berbentuk kuantitatif angka. Kalau dibawah nilai positifnya, tidak perlu kita PDP kan," pungkas dr Ismed yang dihubungi melalui telepon seluler, Rabu (6/5/2020).

Editor : Oktavianus