search

Daerah

Kisah Pasien CoronaBalikpapanDampak CoronaCovid-19

Kisah BPN 03, Pasien yang Sembuh dari Corona Namun Masih Dijauhi Warga

Penulis: Yusuf
Senin, 13 April 2020 | 1.772 views
Kisah BPN 03, Pasien yang Sembuh dari Corona Namun Masih Dijauhi Warga
Pasien BPN 03 Rubiati didampingi anaknya saat melayani wawancara bersama awak media. Senin (13/4/2020)

Balikpapan, Presisi.co – 28 hari terpisah dari keluarga dan keempat anak tercintanya, jadi pengalaman berat yang harus dijalani Rubiati, mantan pasien Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) dari Klaster Seminar Masyarakat Tanpa Riba yang di gelar di Kota Bogor pada 25 hingga 28 Februari lalu.

Lewat konferensi virtual Rubiati (49) didamping anak tertuanya Reyhan Respati (22) duduk berdampingan dihadapan layar gawai mereka, seolah tengah melayani wawancara tatap muka bersama para awak media.

“Ya gimana ya, sedih campur bahagia bisa ketemu anak-anak lagi. Gak bisa dilukiskan dengan kata-kata,” ungkap Rubiati.

Tepatnya pada 14 Maret lalu, dengan sepeda motornya, Rubiati bergegas ke Rumah Sakit Kanudjoso Djatiwibo Balikpapan setelah ia menerima kabar dari Dinas Kesehatan Kota Minyak untuk memeriksakan diri, mengingat dirinya memiliki riwayat perjalanan dari Bogor.

“Datang ke RS, menggunakan sepeda motor seorang diri. Setelah itu, digiring ke Ruang Isolasi, hingga 21 hari,” ungkap Rubiati yang dinyatakan positif corona pada 19 Maret lalu.

Saat itu, Rubiati yang kemudian menjadi pasien BPN 03 Covid-19 di Balikpapan ini mengaku tidak mengalami gejala apapun seperti layaknya orang yang terpapar pandemi global itu.

Namun, kewajiban untuk mengkarantina diri di rumah sakit selama 21 hari lalu dilanjutkan dengan 7 hari masa observasi di Mess Silva Lestari di daerah Klandasan, Balikpapan Selatan menguji mental dirinya sebagai seorang ibu, menahan rindu karena harus meninggalkan keempat anaknya di rumah.

“Ini ujian, padahal saya juga sempat down. Beberapa hari sekali, anak-anak saya nasehati agar tetap kuat,” katanya.

Berjuang Pulih Melawan Pandemi dan Persepsi

Berjuang untuk segera pulih melawan pandemi mungkin tidak sesulit ketika mendengar keempat anaknya dijauhi akibat ia terjangkit Covid-19. Dari pengakuan anak tertuanya yakni Raihan, si sulung bahkan harus menghadapi kejadian kurang menyenangkan usai menjalankan salat berjamaah di masjid yang berada dekat dengan kediaman mereka.

“Menurut saya, itu tidak pantas untuk dilakukan seperti itu, seharusnya anak-anak diayomi,” sebutnya.

Kurangnya edukasi terhadap masyarakat atas dampak pandemi ini dianggap Rubiati jadi faktor utama berkembangnya persepsi negatif warga sekitar terhadap ia dan keluarganya.

“Anak-anak saya hingga saat ini juga masih dikucilkan. Saya katakan jika mereka yang datang, itulah teman sejatimu,” kata Rubiati.

Duduk mendampingi ibu tercinta yang baru saja menang melawan corona, Reyhan ikut menimpali pernyataan ibunya yang sebentar lagi merayakan hari jadinya yang ke 50 tahun.

Antisipasi Boleh Tapi Tidak untuk Dijauhi

Dari balik masker berwarna hitam yang ia kenakan, terdengar suara pria dewasa yang begitu tegar setelah menghabiskan 28 hari sebagai orang tua sekaligus kakak bagi ketiga adiknya yang masing-masing berumur 17,15 dan 12 tahun.

Sejak ibunya berangkat seorang diri ke rumah sakit menjalani masa karantina, tak sedikitpun ia melihat bahwa ibunya terjangkit corona.

“Saat itu, ibu terlihat sehat tanpa ada tanda sakit apapun,” kata Reyhan.

Beban sebagai anak sulung, mulai terasa ketika ibunya harus menjalani masa karantina, sementara sang ayah berjuang untuk mereka semua di luar negeri.

“Segala sesuatunya dipendam sendiri, berusaha menguatkan diri sendiri. Gak ingin cerita ke orang tua agar tidak menganggu mentalnya,” kata Reyhan.  

Ia mengaku, tak hanya perlakuan kurang menyenangkan yang sempat ia rasakan saat salat di Masjid dari orang yang ia tuakan. Namun, pandangan warga sekitar terhadap dirinya saat itu, ikut menganggu pikirannya.

“Ada beberapa tetangga saja yang memahami kondisi kami. Antisipasi boleh tapi tidak untuk dijauhi,” ungkapnya lagi menyikapi sikap warga terhadap mereka selama ibunya berjuang melawan pandemi di rumah sakit saat itu.

Apalagi, tambah Rubiati meski ia dinyatakan sembuh dari corona, tak segala sesuatunya dapat berjalan normal seperti sedia kala. Tak sedikit warga yang masih khawatir akan kehadirannya.

“Seharusnya dari awal sejak masuk rumah sakit, harusnya dari petugas kesehatan mengedukasi masyarakat. Bukan hanya disini saja, di daerah lain juga, tanggapan orang juga masih sama saja,” sebut Rubiati kecewa.

Pulang Disambut Tumpeng Si Bungsu

28 Hari terpisah dari keempat anak tercinta, pulang setelah menang melawan corona, Rubiati disambut tumpeng karena si bungsu akan merayakan hari jadinya yang ke 12 tahun.

Ia mengaku, terpisah puluhan hari bersama anak-anak tercinta baru kali ini ia rasakan.

“Apa lagi saat ditinggal, jiwa anak sempat terguncang dengan pemberitaan di luar sana,” katanya.

Kembali ke rumah, berkumpul bersama keempat anaknya adalah hal yang selama ini ia rindukan. Merasa seperti habis menjalani perjalanan yang amat jauh, Rubiati bahkan sempat menyebut dirinya merasa ‘Jetlag’ saat tiba di kamar dengan suasanya yang berbeda.

“Saat datang, sudah ada tumpeng, di beri surprise. Warna kamarnya beda, jadi merasa jetlag ternyata sudah ada di rumah sendiri,” sebutnya sembari tertawa bahagia.

Sementara, Si Sulung Reyhan mengaku makin ahli dalam urusan masak memasak lantaran sering menyaksikan beragam resep makanan dari gawainya.

Semoga, tidak ada lagi perlakuan tidak menyenangkan bagi para keluarga pasien corona ini. Kita doakan agar negeri ini segera pulih melawan pandemi, semua korban maupun yang terdampak Covid-19 kembali hidup bahagia lagi bersama keluarga di rumah.