search

Daerah

KebakaranKota BangunKukarDarul Quran Al Falah

Duka di Balik Kebakaran Kota Bangun Ulu, Ratusan Anak Kehilangan Tempat Mengaji

Penulis: Yusuf
Jumat, 14 Februari 2020 | 3.856 views
Duka di Balik Kebakaran Kota Bangun Ulu, Ratusan Anak Kehilangan Tempat Mengaji
Kebakaran yang terjadi di Desa Kota Bangun Ulu, Kecamatan Kota Bangun, Kukar, Rabu (12/2).

Presisi - Rabu (12/2) dini hari sekitar pukul 02.15 Wita, Sudirmantoko Pembina Taman Pengajian Al-Quran (TPA) Darul Quran Al-Falah, dibikin panik lantaran kobaran api tengah asik menari, menyambar satu per satu bangunan berkontruksi kayu, termasuk tempat dimana dia membina ratusan anak di Desa Kota Bangun Ulu.

Saat itu, Sudirmantoko, bersama istri dan keenam anaknya tengah beristirahat. Setelah cukup lelah, menyiapkan dekorasi milad ke 8 tahun TPA Darul Quran Al-Falah, yang rencananya di gelar pada Sabtu (15/2) malam besok.

Sayangnya, amukan si jago merah lebih dahulu melahap habis bangunan yang di tinggalinya selama lebih kurang 8 tahun, untuk membina ratusan anak dalam menumbuh kembangkan pengetahuannya tentang agama Islam.

“Ruangan itu sudah kami dekor, untuk persiapan milad dan festival santri yang ketiga. Tahun ini, sudah kami persiapkan ada 10 cabang lomba, sekaligus untuk pembibitan anak-anak di MTQ,” kenang Sudirmantoko, saat ditemui Presisi.co ditempat pengungsian sementaranya di kawasan Perumahan BPP, Kota Bangun, Kamis (13/2).

Tepat pada bulan Februari, 8 tahun silam. Saat itu, Sudirmantoko melihat potensi pengembangan minat anak-anak di Desa Kota Bangun Ulu, untuk bisa menjadi bibit pendakwah dan imam masa depan.

Foto : Sudirmantoko, Pembina TPA Darul Quraln Al-Falah di Desa Kota Bangun Ulu.

“Mulai sejak awal saya ajak anak-anak, disini bukan sekadar belajar ngaji, makanya habis ngaji jangan pulang. Kita latihan untuk jadi imam dan dakwah,” kenang Sudirmantoko.

Tahun ini, tak kurang dari 125 anak, aktif mengikuti kegiatan di TPA Darul Quran Al-Falah. Jumlah itu, dikatakannya berkurang mengingat 2 tahun lalu, jumlah anak binaanya mencapai lebih dari 200 anak.

Namun demikian, Sudirmantoko mengaku, menumbuh kembangkan semangat anak-anak terhadap agama amatlah penting. Apa lagi, dalam perayaan milad dan festival santri yang kini gagal terlaksana, dirinya menyebut sudah mempersiapkan 102 piala bagi anak-anak binaannya.

“Supaya saat tampil, anak-anak sudah bersemangat melihat piala itu. Saya berusaha, meski mereka kalah, tetap diberi hadiah, asal berani tampil,” ungkapnya.

Pasca peristiwa kebakaran itu, dengan nada yang cukup berat, Sudirmantoko mengaku sulit menjawab pertanyaan yang dilontarkan anak-anak binaannya terkait lanjut atau tidaknya pengajian yang rutin mereka hadiri, sebelum TPA mereka hangus terbakar.

“Kalau Pak Ustad masih ada yang mau ngaji, pasti diajarin. Sekarang kita ngajinya dimana?,” ungkapnya.

Diakui Sudirman, meski TPA mereka habis terbakar, namun sehari setelah kejadian masih banyak anak binaannya yang menanti di Masjid Al Jamal, Kecamatan Kota Bangun.

“Anak-anak ini mengira, pengajian dipindah ke Masjid. Sementara, pengajian diliburkan. Hingga ada tempat baru untuk menjaga motivasi belajar anak-anak.” Tuturnya.

Meski turut menjadi korban atas peristiwa kebakaran ini, namun semangat membina generasi pendakwah di Kota Bangun yang dimiliki oleh Sudirmantoko, wajib diacungi jempol.

Dibantu dengan beberapa remaja yang ikut membina anak-anak di TPA Darul Quran Al-Falah, Sudirmantoko hingga saat ini masih terus mencari lokasi baru tempat dirinya melanjutkan proses pembinaan anak-anak Kota Bangun, mempelajari ilmu agama Islam, sejak dini.

“Terpenting adalah semangat belajar anak-anak, jangan sampai kendor. Kalaupun ada tempat baru, meski jauh saya pasti hadir untuk melanjutkan pembinaan,” ungkapnya lagi.

Selama ini, Sudirmantoko mengaku tak pernah membatasi siapa saja yang bisa ikut di TPA Darul Quran Al-Falah. Diantara ratusan anak yang dibinanya, ada pula yang berumur tiga tahun, hingga remaja.

Dia berharap, jajaran desa bisa ikut mengkondisikan lokasi tempat kebakaran itu, dapat kembali dipulihkan sebagai pusat kegiatan Keislaman, mengingat lokasi tersebut disebutnya strategis dan mudah diakses masyarakat.

“Sebagian besar anak binaan kami, berasal dari situ. Masjid juga dekat.” Tutupnya.