search

Hukum & Kriminal

dirut pktkasus kpkkomisi pemberantasan korupsijubir kpk

Diduga Terlibat Kasus Suap, Dirut PT Pupuk Kaltim Bontang Diperiksa KPK

Penulis: Presisi 1
Rabu, 04 Desember 2019 | 1.134 views
Diduga Terlibat Kasus Suap, Dirut PT Pupuk Kaltim Bontang Diperiksa KPK
Febri Diansyah - Juru Bicara KPK

Presisi - Direktur Utama PT Pupuk Kaltim, Bakir Pasaman akan diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) setelah diduga terlibat dalam kasus suap di bidang pelayaran, antara PT Pupuk Indonesia Logistik (PILOG) dan PT Humpuss Transportasi Kimia (HTK).

"Hari ini, penyidik KPK menjadwalkan pemeriksaan terhadap Direktur Utama PT Pupuk Kaltim Bakir Pasaman," kata Juru Bicara KPK Febri Diansyah, Rabu (4/12).

Dijelaskannya, Bakir diperiksa untuk tersangka Direktur PT HTK Taufik Agustono. Mesko begitu,  Febri belum mau mengungkap keterkaitan Bakir, dalam kasus yang merupakan pengembangan dari kasus dugaan suap, terhadap anggota DPR Bowo Sidik Pangarso ini. 

"Yang bersangkutan diperiksa sebagai saksi," jelasnya singkat.

Taufik terjerat kasus, berdasarkan pengembangan perkara suap kerja sama pengangkutan bidang pelayaran antara PT Pupuk Indonesia Logistik dan PT Humpuss Transportasi Kimia.

Taufik diduga mengalirkan uang suap secara bertahap kepada Bowo Sidik, untuk membantu PT HTK kembali mendapatkan kerja sama, sewa menyewa kapal dengan PT Pilog.

Mulanya, PT HTK memiliki kontrak pengangkutan dengan cucu perusahaan PT Petrokimia Gresik, selama tahun 2013-2018. 

Namun, pada 2015 kontrak ini dihentikan karena membutuhkan kapal dengan kapasitas yang lebih besar, yang tidak dimiliki oleh PT HTK. 

KPK menduga, ada upaya agar kapal-kapal PT HTK dapat digunakan kembali untuk kepentingan distribusi pupuk PT Pupuk Indonesia. 

Untuk memuluskan upaya tersebut, pihak PT HTK meminta bantuan Bowo Sidik Pangarso. Bowo pun kemudian bertemu dengan Marketing Manager HTK Asty Winasti untuk membicarakan dan mengatur agar PT HTK tidak kehilangan pasar penyewaan kapal. 

Taufik diduga bertemu dengan beberapa pihak termasuk Asty dan Bowo Sidik untuk menyepakati kelanjutan kerja sama sewa menyewa kapal yang sempat terhenti pada 2015. 

Dalam proses tersebut, kemudian Bowo meminta sejumlah fee. Tersangka Taufik sebagai Direktur PT HTK, membahasnya dengan internal manajemen dan menyanggupi sejumlah fee untuk Bowo.

Pada akhirnya, pada 26 Februari 2019 dilakukan MoU antara PT Pilog dengan PT HTK, yang salah satu materi MoUnya adalah pengangkutan kapal milik PT HTK yang digunakan oleh PT Pupuk Indonesia.

Setelah adanya MoU tersebut, disepakati untuk pemberian fee dari PT HTK kepada Bowo dibuatkan satu perjanjian antara PT HTK dengan PT Inersia Ampak Engineers, perusahaan milik Bowo, untuk memenuhi kelengkapan administrasi pengeluaran oleh PT HTK. 

Bowo meminta kepada PT HTK untuk membayar uang muka Rp1 miliar atas telah ditandatanganinya MoU antara PT HTK dan PT Pilog. 

Permintaan ini disanggupi oleh tersangka TAG dan juga disetujui oleh Komisaris PT HTK. Namun, dengan pertimbangan terlalu besar untuk diberikan sekaligus, maka dibuatkan termin pembayarannya.

Uang pun lantas diberikan PT HTK pada Bowo Sidik pada rentang waktu 1 November 2018 hingga 27 Maret 2019. Rinciannya adalah, US$59.587 pada 1 November 2018; US$21.327 pada 20 Desember 2018; US$7.819 pada 20 Februari 2019; dan Rp89.449.000 pada 27 Maret 2019.

Atas perbuatan tersebut, tersangka Taufik diduga melanggar pasal 5 ayat (1) huruf a atau Pasal 5 ayat (1) huruf b atau Pasal 13  tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 64 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.