search

Daerah

Kasus HIVPenyimpangan SeksualDinkes SamarindaHuman Immunodeficiency Virus

Lebih dari 2.000 Kasus HIV di Samarinda, Penyimpangan Seksual Jadi Masalah Utama

Penulis: Muhammad Riduan
2 jam yang lalu | 0 views
Lebih dari 2.000 Kasus HIV di Samarinda, Penyimpangan Seksual Jadi Masalah Utama
Ilustrasi HIV. (Sumber: Internet)

Samarinda, Presisi.co – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) terus memperkuat upaya skrining terhadap kasus Human Immunodeficiency Virus (HIV) di Kota Tepian.

Kepala Dinkes Samarinda, Ismed Kuasasih, menjelaskan bahwa kasus HIV bukan semata soal jumlah yang meningkat, melainkan bagaimana pemerintah serius menanganinya sesuai standar pelayanan minimal (SPM) yang ditetapkan Kementerian Kesehatan.

"HIV ini kan dijadikan satu dari 12 SPM. Samarinda gencar skrining. (Prinsipnya) semakin cepat penderita ditemukan, semakin cepat pula kita bisa obati, sehingga risiko kematian dapat ditekan,” jelasnya di Rumjab Wali Kota Samarinda, Selasa 19 Agustus 2025.

Ismed karibnya membeberkan pada tahun lalu, Dinkes Samarinda berhasil menemukan sekitar 500 penderita melalui program skrining. Dari hasil temuan itu, hampir seluruhnya kini menjalani pengobatan rutin.

“Kalau HIV ini jangan sampai jatuh ke AIDS. Karena kalau sudah AIDS, biasanya kematian akan segera datang. Maka yang kita kejar adalah skrining secepat mungkin,” tambahnya.

Hingga Agustus 2025 ini, pihaknya mencatat kurang lebih 2.000 penderita HIV di Samarinda menjalani pengobatan rutin. Jumlah tersebut didapat dari puluhan ribu warga yang telah menjalani skrining.

Maka dari itu, Ismed menegaskan, penanganan HIV tidak bisa hanya mengandalkan tenaga kesehatan saja, melainkan butuh keterlibatan dari semua pihak.

“Ini sama seperti Covid. Tidak bisa hanya dikerjakan oleh insan kesehatan. Harus ada kolaborasi dari hulu hingga hilir, termasuk pendidikan dan tokoh agama,” ujarnya.

Ia juga menyoroti bahwa perilaku seks menyimpang, khususnya laki-laki suka laki-laki (LSL), masih menjadi penyumbang tertinggi kasus HIV di Samarinda. Selain itu, perilaku seks bebas turut menyumbang angka kasus.

“Saya kira juga sama hampir di seluruh Indonesia atau Kabupaten Kota kalau HIV tertinggi LSL. Jadi kita harus semua kolaboratif ya, stakeholder dari hulu sampai hilir,” tegasnya.

Selain HIV, Dinkes Samarinda juga memperkuat skrining Tuberkoulosis (TBC), yang saat ini menjadi salah satu program prioritas nasional Presiden.

“Kuncinya tetap sama, bagaimana skrining bisa dilakukan lebih cepat agar pengobatan segera diberikan,” pungkasnya. (*)

Editor: Redaksi