search

Berita

PrabowoPrabowo SubiantoDonald TrumpThe Economist

Media Asing Kritik Prabowo, Disebut 'Ngemis' Demi Membuat Donald Trump Terkesan

Penulis: Rafika
Sabtu, 30 November 2024 | 510 views
Media Asing Kritik Prabowo, Disebut 'Ngemis' Demi Membuat Donald Trump Terkesan
Kolase foto Presiden RI, Prabowo Subianto, dan Presiden Terpilih AS, Donald Trump. (Ist)

Presisi.co - Artikel yang terbit di media asing The Economist baru-baru ini menyoroti Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto. Artikel itu diterbitkan pada Kamis (28/11/2024) lalu dan langsung menarik perhatian publik Tanah Air.

Warganet di media sosial menilai judul dari artikel tersebut cukup provokatif. Diketahui, artikle tersebut berjudul "Indonesia’s Prabowo is desperate to impress Trump and Xi". Artikel tersebut memberitakan bahwa Prabowo seolah 'mengemis' demi mengesankan Xi Jinping dan Donald Trump.

Isi dari pemberitaan tersebut menyoroti video ketika Prabowo Subianto mengucapkan selamat atas kemenangan Donald Trump sebagai Presiden AS.

Dalam video yang dibagikan Prabowo di media sosialnya itu, ia terekam asyik berbincang dengan Trump. Prabowo juga mengutarakan keinginnnya untuk bertemu dengan Trump sesegara mungkin. Sementara Trump justru salah fokus dengan bahasa Inggris Prabowo yang dinilainya sangat bagus.

"Dalam sebuah panggilan ucapan selamat yang menjilat, yang rekamannya dipublikasikan di saluran media sosialnya, Prabowo yang tampak gugup menawarkan untuk terbang 'ke mana pun Anda berada' untuk bertemu dengan presiden terpilih (Trump). Trump mengabaikan hal ini dan malah memuji bahasa Inggris Prabowo," tulis artikel tersebut.

Artikel tersebut juga menyoroti cara Prabowo memanggil Donald Trump. Ketika berbincang dengan presiden terpilih AS tersebut, Prabowo beberapa kali menggunakan kata "Sir."

Meski begitu, Prabowo gagal bertemu dengan Trump dalam lawatannya ke luar negeri selama kurang lebih dua pekan. Di AS, Ketua Umum Gerindra itu hanya menemui Presiden Joe Biden serta sejumlah pejabat pemerintahan.

"Prabowo, yang merupakan lulusan sekolah internasional dan berbicara dalam empat bahasa, dengan bangga menjawab 'Semua pelatihan saya menggunakan bahasa Amerika, Pak!' mengacu pada kursus yang ia selesaikan di pangkalan militer Amerika pada tahun 1980-an. Pada akhirnya, ia harus puas dengan pertemuan di Washington dengan Presiden Joe Biden dan pejabat pemerintahan yang akan lengser," tambahnya.

Pemberitaan ini menjadi topik hangat perbincangan di kalangan warganet, salah satunya dibagikan oleh akun X @goraici.

"Prabowo dihina-hina The Economist. Kayak anak kecil minta-minta ketemu Trump tapi dicuekin. A man 'desperate for approval' nggak sesuai janji kampanye yang katanya akan berani dan tegas terhadap kekuatan asing, dll," cuit pemilik akun tersebut.

Unggahan yang telah disukai oleh lebih dari 27.000 pengguna X itu sontak saja menuai beragam respons.

"Poinnya ada di kalimat akhir. Prabowo terkadang nggak paham dengan apa yang dia ucapkan. Dia ngomong hanya untuk nyenengin orang aja, nggak bener-bener memahami dan mengimplementasikan apa yang dibicarakan. Contohnya, bilang mau perangi korupsi, tapi lingkarannya orang-orang bermasalah," komentar @_sun***.

"Keinget dia ngomong sir sir sir mulu. Kebiasaan budaya hierarkis di militer jadinya begitu. Ketemu Raja Charles masih masuk akal. Kalau dipakai di Amerika yang egaliter jelas jadi olok-olokan. Tapi poin terakhir emang bener. Prabowo seringnya cuma omong-omong. Ngomong A kelakuan B, besoknya ngomong C," tambah @alg***.

"Wkwkwk finally, The Economist said it. Di sini dipuja puji 'wah berwibawa banget', 'bahasa Inggrisnya bagus', 'akhirnya punya pemimpin yang dihargai sama orang luar'. Tiap baca komentar di IG atau YouTube sampai merinding saking gelinya," sahut @yov***.

"Ungkapan Sir di Indonesia memang maksudnya sopan dan tata krama, tapi menurut orang luar tidak seharusnya dipakai (berulang-ulang) oleh lawan bicara yang posisinya 'setara'," cuit @fpl_***. (*)

Editor: Rafika