Tarif Taksi Online di Kaltim dan Sulsel Naik, Pendapatan Driver Turun 20 Kali Lipat karena Orderan yang Berkurang
Penulis: Redaksi Presisi
Kamis, 27 Juni 2024 | 391 views
Presisi.co - Nasib driver taksi online di Kalimantan Timur dan Sulawesi Selatan menjadi semakin sulit setelah Pemerintah Daerah menaikan tarif Angkutan Sewa Khusus (ASK). Aplikator penyedia layanan transportasi online Maxim membeberkan hasil riset internal mengenai dampak kenaikan tarif terhadap jumlah pesanan di aplikasi.
Di Kalimantan Timur, hasil riset menunjukan bahwa naiknya tarif ASK membuat minat masyarakat untuk memesan layanan taksi online menjadi semakin berkurang. Kenaikan tarif membuat permintaan akan layanan taksi online menurun lebih dari 20 kali lipat dalam sebulan dengan hanya 4-5% pesanan transportasi yang diterima di perkotaan.
Perlu diperhatikan kenaikan tarif juga berdampak pada penurunan ketersediaan taksi dan kualitas layanan bagi penumpang. Biaya perjalanan rata-rata meningkat sebesar 30%, dan masyarakat cenderung tidak memesan taksi untuk jarak dekat.
Waktu penjemputan taksi dan jumlah pesanan yang dibatalkan meningkat karena pengemudi tidak tertarik untuk menaikkan harga. Mereka lebih memilih untuk memperoleh penghasilan berdasarkan volume pesanan dan perjalanan jarak dekat, dibandingkan dengan mengorbankan manfaat yang lebih besar dari perjalanan jarak jauh dengan volume pesanan yang lebih sedikit.
Hal tersebut membuat waktu penjemputan penumpang menjadi lebih lama dan tingkat pembatalan pesanan dari pengemudi sebesar 37%. Pengemudi lebih memilih untuk memperoleh penghasilan berdasarkan perjalanan jarak dekat dengan volume pesanan yang lebih banyak dibanding perjalanan jarak jauh dengan pesanan yang lebih sedikit.
“Sangat disayangkan yah, setelah harganya menjadi semakin mahal, saya dan teman-teman saya sudah jarang menggunakan taksi online karena tidak sebanding dengan pendapatan saya juga tiap bulannya, semoga pemerintah bisa mengkaji ulang kebijakan tersebut,” ujar Imam selaku salah satu konsumen taksi online di Kalimantan Timur.
Sementara itu, menurunnya pendapatan driver juga terjadi di Sulawesi Selatan setelah Pemerintah menaikan tarif minimum ASK. Pada tahun 2022, layanan Maxim terpaksa menaikkan tarif di Makassar dan Palopo yang membuat kenaikan rata-rata biaya taksi online hingga 65%.
Bahkan dalam dua minggu pertama setelah kenaikan tarif, permintaan perjalanan langsung turun sebesar 50%. Selain itu, lebih dari 30% konsumen telah berhenti menggunakan layanan taksi online dan sebanyak 20% konsumen mengurangi orderan dengan menggunakan taksi online.
“Perlu diketahui bersama bahwa ekspektasi naiknya tarif transportasi online dapat memberikan pendapatan yang lebih banyak untuk driver adalah langkah yang tidak tepat. Pada faktanya, hal tersebut justru membuat situasi driver semakin sengsara karena orderan dan penghasilan mereka berkurang drastis,” ujar Indra Soba selaku Head of Subdivision Maxim Samarinda.
Dari hasil riset tersebut menyimpulkan bahwa kebijakan Pemerintah Daerah untuk menaikkan tarif Angkutan Sewa Khusus menimbulkan masalah serius bagi masyarakat yang menggantungkan hidupnya sebagai sopir taksi online. Alih-alih meningkatkan pendapatan karena banyaknya pesanan, banyak orang yang kehilangan penghasilan untuk menafkahi keluarga mereka. (*)