Perlukah Skytrain Dibangun di Samarinda? Begini Jawaban Pengamat Tata Kota
Penulis: Jeri Rahmadani
Selasa, 21 Desember 2021 | 2.630 views
Samarinda, Presisi.co - Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda berencana membangun skytrain atau kereta layang dari Stadion Madya Sempaja menuju Bandara APT Pranoto Samarinda.
Digadang-gadang, moda transportasi massal tersebut dapat meningkatkan pertukaran supply and demand atas suatu barang dan jasa di Kota Tepian.
Pengamat tata kota, Farid Nurrahman, memberikan tanggapan terkait rencana Pemkot Samarinda tersebut.
Menurutnya, wacana pembangunan skytrain sah-sah saja untuk direalisasikan. Kendati demikian, Farid menilai wacana pembangunan skytrain harus dikaji lebih dalam kembali. Terlebih, mengenai kebutuhannya yang sangat mendesak atau sebaliknya.
"Apakah Samarinda ini sudah butuh skytrain? Sebab penduduknya belum sampai 1 juta. Kalau diproyeksikan untuk 20-25 tahun ke depan dan IKN jadi pindah ke Kaltim, lalu Samarinda jadi kota penunjang, maka itu sah-sah saja," ungkap Farid saat dikonfirmasi, Senin, 21 Desember 2021 melalui telepon.
Akan hal tersebut, Farid turut menilai bahwa skytrain bukanlah satu-satunya alternatif agar masyarakat terhubung ke bandara. Ia menyebut, terdapat Jalan Ring Road dimulai dari Jalan Batu Besaung - Desa Berambai yang notabene-nya belum terhubung sepenuhnya ke Bandara APT Pranoto Samarinda.
"Itu bisa dilanjutkan dengan membebaskan lahan. Selain berbiaya lebih murah, waktunya tidak harus lama, mungkin hanya 4-5 tahun. Kemudian bisa meminta bantuan Pemprov Kaltim," imbuhnya.
Farid melanjutkan, wacana pembangunan skytrain tak masalah apabila disiapkan dari sekarang lantaran rencana tersebut merupakan jangka panjang sekitar 15-20 tahun ke depan.
"Namun dibangunnya kapan, ya nanti pada saat siap. Sembari itu dicari skema pembiayaan pembangunannya. Karena tidak mungkin dibangun melalui APBD kota yang sangat kecil," tuturnya.
Farid menilai, kendala terbesar wacana pembangunan skytrain adalah apa yang menjadi keuntungan bagi pihak pengembang. Termasuk, seberapa besar dana yang harus dikeluarkan dan berapa lama investasi itu bisa kembali modal atau menghasilkan profit.
"Saya baru dua pekan kemarin ke Jakarta, skytrain di Bandara Soekarno-Hatta itu sudah tidak beroperasi karena pandemi Covid-19. Artinya ada biaya perawatan, dan itu juga perlu menjadi pertimbangan," katanya.
Farid menegaskan, pembangunan infrastruktur harus seiring dengan perkembangan masyarakatnya.
Meski demikian, jika hasil uji kelayakan pembangunan skytrain menunjukan tingkat urgensinya yang tinggi, Farid menyarankan agar tak hanya skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) saja yang diajukan Pemkot Samarinda.
"Silahkan diajukan menjadi rencana strategis nasional. Jadi lebih mudah dengan alokasi dari APBN, Kementerian, itu akan lebih mudah membantu. Kemudian kalau memang itu strategis, BUMN, swasta, pasti akan banyak pihak yang ingin membangun," pungkasnya. (*)