Mengenal David Richard, Sineas Tenggarong yang Menggelar Bioskop Terapung di Danau Melintang Kukar
Penulis: Naldi Ghifari
Sabtu, 14 Agustus 2021 | 1.266 views
Tenggarong, Presisi.co – Anggapan pembuat film dari luar Jawa tak punya daya saing itu ditepis David Richard. Buktinya, karya pria asal Tenggarong ini, yang berjudul Ranam dan Looking for Land mendapatkan penghargaan dalam acara bergengsi seperti Jogja-Netpac Asian Film Festival.
David Richard menceritakan perjalanan kariernya sebagai sutradara film kepada Presisi.co. Ia mulai kuliah di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta pada 2012 silam. Awal ia menyukai film lantaran sewaktu kecil kerap melihat mendiang ayahnya merekam momen bersama keluarga mengunakan handycam. “Kalau sekarang disebut vlog," kata pria 27 tahun itu.
Sewaktu kuliah, untuk mendapatkan posisi sebagai sutradara itu cukup susah. Namun ada saat di mana naskah yang ditulis David dipilih untuk diangkat menjadi film dan ia menjadi sutradaranya. "Awalnya saya editor, karena posisi tata suara masih sedikit, saya mencoba menjadi tata suara, dan di penugasan dokumenter, saya mencoba mengambil job desk sebagai dop," sebutnya.
Setelah menyelesaikan kuliah di ISI Jogjakarta, ia memutuskan kembali ke kampung halaman tercinta, Tenggarong. Ia mau melanjutkan impiannya sebagai sineas. Setiba di Tenggarong, ia kesulitan mengumpulkan orang yang ingin bersanding dan memiliki tujuan yang sama dengannya. Kemudian David bersama temannya mendirikan East Borneo Film. Menurutnya, sudah banyak pembuat film di Kukar yang mengetahui cara membuat film. Namun masih terkendala beberapa hal. Misalnya karena minimnya investor dan budget untuk memproduksi film. Untungnya pada akhir 2020 David bertemu dengan orang yang ingin membantu dan mengajak sineas lokal menggarap film bersama Satlantas Kukar. Kemudian bekerja sama dengan Ahmad Riyanto (Diskominfo Kukar), dan didukung masyarakat Muara Enggelam. "Dari situ terciptalah teaser Guru Beru dan film pendek Duduk Sorangan," ucapnya.
Selain itu, tahun ini David berencana membuat Festival Film, yang menurutnya akan mengejutkan penikmat film di luar Kalimantan, setelah pada 27 Maret 2021 lalu ia sukses menggelar bioskop terapung yang menayangkan karya sineas lokal di atas Danau Melintang, Desa Muara Enggelam, Kukar.
Terciptanya teaser Guru Beru diharapkannya menjadi debut pertama film panjangnya. Kemudian film pendek Duduk Sorangan diharapkannya bisa mengikuti festival film bergengsi. “Saya harap bioskop terapung bisa menjadi Festival Film Terapung,” sebutnya.
Kini, David berharap menjadi sutradara di industri besar, kemudian bisa mengenal lebih banyak sineas untuk berkolaborasi membuat karya yang lebih berkualitas. Ia juga berharap sineas Kukar didukung pemerintah untuk lebih mengenalkan lagi budaya Kukar.
Masa pandemi ini pun semakin membebani para sineas lokal. Event yang dihentikan membuat mereka sulit mendapatkan pemasukan. Produksi film jadi banyak yang dibatalkan. "Kami sempat pesimistis dan mati suri di awal 2020," ungkapnya kepada Presisi.co.
Kepada sineas lokal, David meminta bersabar ketika ingin memproduksi film. Sebab menurutnya usaha dan hasil tidak akan bohong. "Ketika membuat karya, sebaiknya mendengarkan orang sekitar dan lebih peka dengan lingkungan," urai David.
Dalam waktu dekat, David akan menggarap video klip band Samarinda, Murphy Radio. Band ini pernah manggung di Kanada dan lagunya tembus di market place musik Jepang. Ia saat ini bekerja sebagai tim kreatif di Erutia Multimedia. David juga memiliki usaha pencucian sepatu dengan nama Basoh. (*)