Pengembangan Agroindustri di Kaltim Butuh Dukungan Pemerintah
Penulis: Jeri Rahmadani
Sabtu, 05 Juni 2021 | 738 views
Samarinda, Presisi.co – Usaha kopra edible dinilai menjadi bisnis yang menguntungkan saat ini. Pasalnya, produk turunan kelapa itu sudah menembus pasar internasional. Mulai dari India, Pakistan, Bangladesh, hingga Sri Lanka.
Wakil Ketua DPRD Kaltim, Muhammad Samsun menilai bahwa Kaltim ini mempunyai wilayah yang sangat luas. Ditambah tanahnya yang juga subur. Menurutnya, banyak tanaman yang cocok tumbuh di Kaltim.
"Potensi pasar juga ada, sebenarnya tidak ada kurangnya di Kaltim kalau kita mau mengembangkan di sektor pertanian," ungkap Samsun, Sabtu 5 Juni 2021.
Ia pun kini sedang mencoba menanam alpukat sebab di Kaltim belum ada yang menanamnya secara massif. Hal itu diungkapkan Samsun atas ketertarikannya dalam bidang pertanian yang menurutnya perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah.
"Tanaman endemik di Kaltim ini tinggal bagaimana mengoptimalkan hasilnya," terang Samsun.
Kendati demikian, perihal ekspor kelapa, dikatakan Samsun jika kelapa hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam daerah saja, maka tak mungkin rasanya kelapa bisa diekspor.
"Tapi kalau kita bikin dalam bentuk olahan kopra dan produk turunannya, bisa jadi ini menjadi komoditas yang mahal. Dengan begitu ini layak dikembangkan," lugasnya.
Hingga kini, Legilator asal daerah pemilihan Kutai Kartanegara (Kukar) itu belum mendengar adanya budidaya kopra di Kukar. Menurutnya, akan sangat bagus jika ada investor yang juga tertarik di Agroindustri ini.
"Sekarang siapa yang mau mengembangkan, investor nya siapa, kalau tidak ada investor, apakah ada petani kita yang mengembangkan. Tentunya kalau petani kita tidak bisa besar, harus ada campur tangan pemerintah disitu," ujar Politikus PDI Perjuangan itu.
Samsun menegaskan, bahwa sangat mungkin bagi petani di Kaltim untuk secara berkelompok dalam satu wadah mengolah kelapa hingga menjadi kopra, lalu kemudian dijual secara massal. Tentunya, dengan tak lepas dari peran pemerintahan.
"Kita harus berkelompok. Kalau sendiri-sendiri pasti berat. Kita ini kan masih bebas. Seseorang punya produk kelapa mau dijual keluar negeri dan tidak cukup, artinya perlu berjejaring dengan petani kelapa lainnya. Karena ini soal kebutuhan pasar," tutupnya. (*)