Curhat Petani Soal Permasalahan Inti Pertanian di Kukar
Penulis: Redaksi Presisi
Kamis, 22 Oktober 2020 | 1.152 views
Kukar, Presisi.co - Tingginya kadar keasaman tanah di wilayah persawahan, berdampak langsung terhadap produktivitas panen padi kelompok tani di Desa Sebuntal, Kecamatan Marangkayu, Kabupaten Kutai Kartanegara.
Penyuluh pertanian, Sukarno Rugian yang selama 25 tahun terakhir membina para petani di desa ini menyebut, berdasarkan uji sampel yang sudah dilakukan sebelumnya, rata-rata tingkat keasaman dalam tanah disana mencapai kisaran 4,1.
“Maka perlu dinaikkan pH tanahnya. Salah satunya dengan pengapuran tanah, sesuai dengan dosis, 2 ton per hektare,” kata Sukarno, seperti yang pernah disampaikan oleh para pakar sebelumnya.
Untuk mencapai hasil panen padi yang maksimal, standar pH tanah minimal di kawasan persawahan adalah 5,6. Sedangkan, yang ada saat ini, lagi dikatakan Sukarno masih diangka 4,1.
“Jika tidak dilakukan treatmen yang benar, jelas berdampak pada produktivitas panen padi petani kami,” katanya, saat ditemui di Balai Pertemuan Umum (BPU) Desa Sebuntal pada Rabu (21/10/2020).
Sekretaris Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Nusantara, Salama turut menuturkan hal yang sama. Membawahi 30 kelompok, yang masing-masing beranggotakan 25 hingga 30 petani disebutkan Salama jika tingginya zat asam dalam tanah sudah menjadi persoalan menahun bagi para petani. Alhasil, hasil panen yang diharap meningkat, sempat menurun beberapa tahun terakhir.
“Sempat anjlok sih, terdampak tingkat keasaman tanah di lahan kami yang tinggi. Itu yang menjadi keluhan selama ini” ungkapnya.
Lanjut dikatakannya, dalam kurun waktu satu tahun pihaknya bisa melakukan panen hingga dua kali dengan hasil padi 3 hingga 4 ton padi di tiap hektarnya. Hasil ini diakuinya, masih terpaut jauh dari standar, yang dimana satu hektar lahan sawah bisa menghasilkan lebih dari 6 ton padi tiap musim panennya.
“Harusnya begitu. Makanya, untuk sementara ini kami sangat berharap pemerintah kembali menyalurkan bantuan kapur dolomit dan mencetak lahan persawahan baru untuk meningkatkan hasil padi,” harap Salama.
Sedangkan, dengan hasil panen yang ada, dikatakan Salama mereka distribusikan ke beberapa daerah tetangga seperti Bontang dan Samarinda. Dengan harga beragam dari masing-masing petani Rp 9 ribu hingga 10 ribu per kilonya.
Perbaikan Struktur Tanah, Kunci Peningkatan Produktivitas Pertanian
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, Sutikno.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) Kukar, Sutikno saat dikonfirmasi melalui telepon pada Kamis (22/10/2020) siang, membenarkan sekelumit persoalan petani mereka selama ini. Berdasarkan kajian ahli dari Dekan Fakultas Pertanian, Universitas Mulawarman, Prof Rusdianysah pada 2018 lalu. Pemkab Kukar, diminta untuk "mengobati" sakitnya lahan persawahan dan pertanian yang ada.
“Kalau (tanah) sudah asam, artinya tingkat kesuburannya rendah. Akhirnya direkomendasikan untuk memperbaiki strukturnya dengan pengapuran itu,” sebut Sutikno.
Sementara itu, kadar keasaman tanah di tiga wilayah Kukar, yakni pesisir, tengah dan hulu dipastikannya berbeda. Wilayah pesisir yang meliputi kecamatan Marangkayu, Muara Badak, Muara Jawa dan Samboja, dipastikannya memiliki kadar asam tanah yang lebih tinggi karena pH tanah yang rendah.
“Artinya, untuk memperbaiki struktur tanah disana, direkomendasikan per hektarnya butuh 2 ton kapur. Walau (pH) tidak bisa ke 6 atau 7, setidaknya bisa mencapai 5,6.” Ungkapnya.
Disokong APBD Kukar tahun 2020 ini, Sutikno lanjut membeberkan jika Distanak sudah menyalurkan pupuk kapur untuk 4 ribu hektar lahan di daerah basis pertanian Kukar. Mulai dari Kecamatan Tenggarong, Loa Kulu, Tenggarong Seberang, Sebulu dan Muara Kaman.
“Luasan lahan sawah fungsionil kita kan lebih kurang 18 ribu hektar. Hanya, karena keterbatasan anggaran sehingga baru disetujui 4 ribu hektar,” katanya.
Kendati demikian, Sutikno memastikan jika pihaknya akan kembali mengusulkan pengajuan bantuan yang sama dengan jumlah bantuan pupuk yang lebih besar untuk 8 ribu hektar di APBD Kukar tahun 2021 mendatang.
Terlebih, perbaikan struktur tanah lewat pengapuran dan perbaikan jaringan irigasi ini dikatakannya sudah menunjukkan hasil positif. Salah satunya, berasal dari Tenggarong Seberang. Sebelum pengapuran, hasil padi yang sebelumnya rata-rata mencapai 3 ton tiap musim panen, sekarang meningkat menjadi lebih dari 5 ton.
“Walau belum semua, tapi ini sudah menunjukkan hasil positif dengan tambahan pupuk dan kapur. Apalagi didukung dengan perbaikan jaringan irigasi. Khususnya di daerah transmigrasi,” ungkapnya.
Selain itu, program ketahanan pangan yang dijalankan oleh Pemkab Kukar selama ini memberi sumbangsih cukup tinggi. 45 persen sumbangsih pangan di Kaltim utamanya beras disebutnya berasal dari Kukar. Untuk itu, dengan dukungan pemerintah pusat dan daerah, Sutikno meyakini, kebutuhan perut lebih dari 1,1 juta penduduk baru yang akan mendiami kawasan ibu kota negara nantinya, akan tercukupi.
“Bahkan di masa Covid-19 ini, saat sejumlah daerah dipangkas anggaranya di Kukar justru ditambah untuk ketahanan pangan itu tadi,” ungkapnya.
Untuk itu, Sutikno berharap agar program ketahanan pangan di Kukar terus berlanjut dengan target-target yang sudah ditetapkan, mulai dari intensifikasi lahan, perbaikan jaringan irigasi, pembuatan embung, mekanisasi dan perbaikan benih dan pupuk yang harus dipersiapkan juga untuk petani holtikultura.
“Di sisi lain, kami juga mulai mempersiapkan perluasan di daerah penyanggah seperti di Kecamatan Anggana, ada 3 ribu hektar disana,” pungkasnya.