search

Berita

Universitas ParamadinaInfotainmenKomisi Penyiaran IndonesiaTelevisiGosipartis Indonesia

Publik Butuh Tayangan Infotainmen Berkualitas. Seperti Apa?

Penulis: Eko Suprihatno
14 menit yang lalu | 6 views
Publik Butuh Tayangan Infotainmen Berkualitas. Seperti Apa?
Konsultan KPI Mulharnetti Syas memberikan paparan tentang tayangan infotainmen berkualitas di televisi. (Dok Universitas Paramadina)

Jakarta, Presisi.co - Program infotainmen diharapkan menjaga kualitas siarannya mengingat 75 persen publik masih menonton program ini. Kualitas yang diharapkan menyangkut tentang tayangan inspiratif dan bukan masalah konflik pribadi.

Hal itu diungkapkan Komisioner Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat, Amin Shabana, pada kegiatan Diseminasi Indeks Kualitas Program Siaran Televisi (IKPSTV) 2025, hasil kerja sama Prodi Sarjana dan Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina dengan KPI pada tengah pekan lalu di Jakarta.

"Angka 75 persen itu merupakan hasil riset sehingga bisa dikatakan program infotainmen di televisi masih diperlukan. Itu sebabnya program ini harus menjaga kualitas karena jumlah penontonnya banyak. Programnya harus inspiratif dan tak melulu bicara konflik pribadi," ujar Amin Shabana.

Universitas Paramadina dan Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mendorong kualitas siaran infotainmen lebih berkualitas. Kegiatan yang dilaksanakan secara hibrid tersebut fokus pada upaya memperkuat penyiaran penyiaran lokal dalam menata infotainmen berkualitas.

Sedangkan Komisioner KPI, Mimah Susanti menambahkan kegiatan yang dilaksanakan dalam diseminasi tersebut dapat memberikan pemahaman kepada masyarakat, sekaligus evaluasi terkait dengan pemantauan tayangan televisi.

“Diseminasi ini kita lakukan tidak hanya menyampaikan hasil pemantauan dari KPI, melainkan masukan yang sangat berarti dari stakeholders untuk perbaikan tayangan infotainment yang lebih baik," tutur Mimah Susanti.

Masih belum tercapai

Riset dilakukan terhadap 10 stasiun televisi dengan 21 program infotainmen dengan total sampel 68 tayangan selama periode Mei-Juni 2025. Tim Litbang KPI Pusat, Juneadi, memaparkan indeks program infotainmen masih berada di angka 2,90. Padahal untuk mencapai penilaian berkualitas indeks yang harus dicapai minimal 3,0.

Dampak gosip media terhadap kehidupan dan identitas nasional ini terdapat 3 aspek yang bisa dicermati; kehidupan sosial (menyebarkan stereotip, konflik sosial), jati diri bangsa (krisis identitas, nilai yang dangkal), dan berdampak pada generasi muda yang lebih fokus pada hiburan, dibanding nilai-nilai yang seharusnya bisa dijunjung sebagai nilai identitas bangsa.

Sementara itu, konsultan IKPSTV KPI, Mulhanetti Syas, menyatakan bahwa sudah sering menyampaikan kepada pihak media agar memberikan tayangan infotaimen yang berkualitas.

“Tayangan infotainmen bisa menayangkan pengalaman-pengalaman artis dalam keberhasilan karir, atau terkait apa yang dicapai dalam hal pendidikan misalnya atau kegiatan lainnya yang memotivasi orang lain untuk juga bisa lebih baik. Para artis itu kan tentunya akan dilihat oleh masyarakat apa yang dilakukannya," ungkap Mulharnetti Syas.

Penuturan Mulharnetti Syas juga dibenarkan dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Paramadina, Rini Sudarmanti.

“Semakin sering masyarakat menyaksikan tayangan seperti perceraian, pacaran dan banyaknya gosip yang belum pasti, mengakibatkan tayangan-tayang tersebut dinormalisasi di masyarakat dan menjadi hal biasa," tandas Rini Sudarmanti.

Produser Eksekutif Inews TV, Nanda Armadhani, tidak menampik pendapat bahwa permintaan pasar tentang tayangan infotainmen cukup tinggi. Selain itu, infotainmen masih dijadikan salah satu program hiburan masyarakat dan juga promosi bagi pelaku industri hiburan.

“Karir artis juga masih bergantung pada popularitas dan eksposur media, serta terbukanya lapangan pekerjaan bagi mereka yang mempunyai kemampuan," ungkap Nanda sekaligus menceritakan kerumitan yang terjadi dalam produksi program ini. (*)