Fakta Penyiksaan dari Saksi Kunci Kematian Prada Lucky: Dipaksa Mengaku Gay hingga Anus Diolesi Cabai
Penulis: Rafika
7 jam yang lalu | 0 views
Prada Lucky. (net)
Presisi.co- Fakta mengerikan terkuak dalam persidangan kasus kematian Prada Lucky Namo di Pengadilan Militer III-15 Kupang. Kesaksian terbaru dari Prada Richard Junimton Bulanmengungkap serangkaian penyiksaan brutal yang dialaminya bersama mendiang Prada Lucky, yang diduga dilakukan oleh atasan mereka sendiri.
Letda Made Juni, yang kini menjadi salah satu dari 17 terdakwa, disebut secara aktif terlibat dalam aksi penyiksaan yang terjadi pada 28 Juli 2025. Dalam sidang yang digelar Rabu, 29 Oktober 2025 Prada Richard menceritakan bagaimana dirinya dan Prada Lucky dipaksa untuk mengaku melakukan perbuatan asusila (LGBT), disertai dengan kekerasan fisik yang tak manusiawi.
Menurut Richard, semuanya bermula ketika Pratu Imanuel Nimrot Laubora membawa dirinya dan Prada Lucky ke ruang staf intel sekitar pukul sembilan malam. Di ruangan itu, Letda Made Juni sudah menunggu dan langsung menginterogasi mereka dengan tuduhan hubungan sesama jenis.
Karena terus menyangkal, keduanya kemudian menerima cambukan berkali-kali. Dalam kondisi ketakutan dan kesakitan, Richard akhirnya terpaksa memberikan pengakuan palsu hanya agar siksaan berhenti.
“Saya ditanya berapa kali LGBT, tapi saya terpaksa berbohong supaya tidak dipukuli lagi. Kami dicambuk sekitar lima sampai enam kali. Setelah saya berbohong, baru mereka berhenti,” ungkap Prada Richard di hadapan majelis hakim, sebagaimana diberitakan Suara.com --jaringan Presisi.co.
Namun, kekerasan tak berhenti di situ. Letda Made Juni disebut memerintahkan Pratu Imanuel Nimrot Laubora untuk mengambil cabai, lalu menyuruh Prada Egianus Kei mengulek dan mengoleskannya ke bagian sensitif tubuh Prada Richard.
“Dia perintah, ‘kamu ke dapur ambil cabai, diulek, bawa ke sini,’ lalu saya disuruh telanjang,” ujar Richard menirukan perintah Letda Made Juni.
Di bawah tekanan, Richard menurunkan celananya. Saat itulah, ia dipaksa untuk nungging dan cabai yang telah dihaluskan dilumurkan ke area anusnya.
“Saya disuruh nungging dan membuka pantat, langsung dilumuri dia (cabai) ke anus saya, lalu saya diperintahkan pakai celana. Itu pedis dan panas sekali rasanya. Kami disuruh berdiri, lalu digabungkan dengan mendiang Prada Lucky,” tuturnya.
Tak lama setelah itu, kekerasan kembali terjadi. Pratu Poncianus Allan Dadi masuk ke ruangan dan tanpa alasan jelas menendang telinga kiri Prada Richard dengan sepatu PDL.
“Dia bilang, ‘kamu tipu saya ya,’ sambil menendang. Saya tidak tahu alasan dia menendang,” ucap Richard.
Ironisnya, dalam sidang sebelumnya pada Senin (27/10/2025), Sepriana Paulina Mirpey, ibu dari mendiang Prada Lucky, mengungkap fakta mencengangkan. Ia menyebut bahwa Letda Made Juni adalah sosok yang mengantar jenazah anaknya ke Kupang, memperkenalkan diri sebagai perwakilan batalyon, bahkan mendampingi keluarga selama beberapa hari di rumah duka.
Bukan hanya itu, Made Juni juga sempat mentransfer sejumlah uang untuk keperluan ibadah di rumah duka. (*)