search

Berita

Pesantren Al Khonizy SidoarjoPonpes Al Khonizy Sidoarjo ambrukSejarah Pesantren Al KhonizyPesantren Al Khonizy

Sejarah Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Bangunannya Ambruk, Ternyata Lahirkan Banyak Ulama Besar

Penulis: Rafika
Rabu, 01 Oktober 2025 | 315 views
Sejarah Ponpes Al Khoziny Sidoarjo yang Bangunannya Ambruk, Ternyata Lahirkan Banyak Ulama Besar
Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo. (Website NU Online)

Presisi.co - Musibah menimpa Pondok Pesantren Al-Khoziny Buduran, Sidoarjo, pada Senin, 29 september 2025. Musala di asrama putra pesantren tersebut roboh saat santri tengah menunaikan salat Asar berjemaah.

Peristiwa nahas itu membuat sejumlah santri tertimpa reruntuhan bangunan. Hingga kini, tim SAR masih terus melakukan evakuasi untuk mencari santri yang diduga tertinggal di bawah puing.

Kejadian ini bukan hanya meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar pesantren, tetapi juga membuat publik kembali menyoroti sejarah panjang Pondok Pesantren Al-Khoziny, salah satu pesantren tertua di Jawa Timur yang telah melahirkan banyak ulama besar.

Lantas, bagaimana sejarah Pesantren Al Khonizy? Ini ulasannya.

Pesantren Al-Khoziny berdiri di Desa Buduran, Sidoarjo, didirikan oleh KH Raden Khozin Khoiruddin atau yang dikenal sebagai Kiai Khozin Sepuh. Sebelum merintis pesantren tersebut, beliau sempat menjadi pengasuh Pesantren Siwalanpanji, pesantren legendaris di Jawa Timur.

Awalnya, Pesantren Buduran dibangun sebagai tempat tinggal untuk putra Kiai Khozin, yakni KH Moch Abbas, usai menimba ilmu selama sepuluh tahun di Makkah. Sambutan hangat dari masyarakat membuat kediaman itu berkembang menjadi pondok pesantren.

Meski beberapa catatan menyebutkan pesantren berdiri sekitar tahun 1926–1927, pengasuh saat ini, KH Salam Mujib, meyakini bahwa Pesantren Al-Khoziny telah berdiri lebih awal, yakni antara 1915–1920. Hal ini berdasarkan catatan santri pertama KH Moch Abbas serta cerita dari para alumni sepuh. Dengan demikian, pesantren ini kini berusia lebih dari satu abad.

Sejak awal berdirinya, Ponpes Al-Khoziny menjadi tempat belajar para calon ulama besar yang kemudian berperan penting dalam perkembangan Islam di Indonesia. Nama-nama besar seperti KH Hasyim Asy’ari (pendiri Pesantren Tebuireng, Jombang), KH Abdul Wahab Hasbullah (Pesantren Tambakberas, Jombang), KH Nawawi (pendiri Ma’had Arriyadl, Kediri), hingga KH Usman Al Ishaqi (pendiri Pesantren Al-Fitrah, Surabaya) tercatat pernah menimba ilmu di sini.

Jejak para tokoh tersebut memperkuat kedudukan Ponpes Al-Khoziny sebagai pusat pendidikan Islam yang berpengaruh di Jawa Timur. Lebih dari sekadar lembaga pendidikan, pesantren ini menjadi simbol kesinambungan tradisi Islam, yang menghubungkan sistem pendidikan salaf dengan pola pendidikan modern, sekaligus melahirkan ulama yang memberi warna pada perkembangan Islam Nusantara.

Di bawah kepemimpinan KH Moch Abbas, Al-Khoziny mulai membuka jalur pendidikan formal di samping pengajaran kitab salaf. Lembaga pendidikan yang lahir di bawah naungannya antara lain Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, hingga Sekolah Tinggi Diniyah yang kemudian berkembang menjadi Institut Agama Islam (IAI) Al-Khoziny.

Tongkat estafet perjuangan dilanjutkan KH Abdul Mujib Abbas yang memperkuat pembinaan spiritual santri. Ia menekankan lima tradisi utama, yakni belajar dan mengajar, salat berjemaah, membaca Al-Qur’an, menjaga salat witir, dan istiqamah dalam ibadah. Tradisi tersebut membuat santri Al-Khoziny tidak hanya unggul dalam pengetahuan agama, tetapi juga memiliki pondasi spiritual yang kuat. (*)

Editor: Redaksi

Baca Juga