Perangat Baru Wajibkan Warga Tanam Kopi, Jawab Permintaan Pasar Internasional
Penulis: M Yahya
Selasa, 03 Juni 2025 | 21 views
Kebun Kopi Luwak Desa Perangat, Kukar. (Ist)
Tenggarong, Presisi.co – Desa Perangat Baru di Kecamatan Marangkayu, Kutai Kartanegara (Kukar), menetapkan pengembangan kopi sebagai program prioritas pada 2025. Tak sekadar mendorong budidaya, pemerintah desa bahkan mewajibkan setiap kepala keluarga (KK) untuk menanam minimal 10 pohon kopi di pekarangan atau lahan milik mereka.
Kebijakan ini diambil sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi Desa Perangat Baru sebagai sentra kopi unggulan yang kini mulai dikenal hingga mancanegara.
Kepala Desa Perangat Baru, Fitriati, menegaskan komitmen tersebut dalam program desa berbasis potensi lokal.
“Tahun ini warga desa wajib tanam pohon kopi, minimal 10 pohon per satu kartu keluarga. Untuk meningkatkan pengembangan kopi yang mana peminatnya sudah sampai manca negara,” ujar Fitriati.
Meski potensi kopi lokal terus meningkat, Fitriati tak menampik bahwa keterbatasan jumlah produksi masih menjadi tantangan utama yang harus dihadapi saat ini.
“Permintaan terhadap kopi dari Desa Perangat Baru sudah menembus pasar luar negeri, namun volume produksi yang masih terbatas menjadi tantangan besar,” jelasnya.
Sebagai bentuk sinergi, program pengembangan kopi juga mendapat dukungan penuh dari CSR Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Dukungan ini meliputi pembentukan kelompok tani, penyediaan sarana dan prasarana seperti bibit, alat pertanian, hingga pelatihan teknis.
"Untuk fasilitas yang diberikan kepada kami, seperti sepatu boot, mesin rumput, parang, hand sprayer, pupuk, bibit, dan bimbingan teknis. Hal itu diberikan untuk pemahaman terkait pengembangan kopi itu sendiri," ungkap Fitriati.
Dengan dorongan regulatif dan dukungan dari berbagai pihak, Desa Perangat Baru berharap kopi tak hanya menjadi komoditas andalan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru dan mendukung sektor wisata berbasis kearifan lokal.
Fitriati mengungkapkan, meski saat ini keterlibatan warga baru mencapai sekitar 40 persen, kesadaran masyarakat terhadap nilai ekonomis kopi perlahan meningkat, terutama sejak permintaan pasar terus tumbuh dan potensi wisata kopi mulai dilirik.
“Untuk keterlibatan warga kalo dalam pengembangan kopi ini masih 40 persen, tapi sudah mulai sadar kopi ini memang nilainya memang sudah mulai fantastis dan peminatnya sudah banyak, desa juga melakukan pembinaan,” pungkasnya. (*)