Akademisi Jepang & Indonesia Sepakat Teknologi Air Mobility Adalah Masa Depan
Penulis: Siaran Pers
Jumat, 13 Desember 2024 | 162 views
Presisi.co - Air mobility atau mobilitas udara telah menjadi salah satu inovasi teknologi paling revolusioner dalam beberapa dekade terakhir. Dengan memanfaatkan perkembangan teknologi mutakhir, konsep ini melibatkan transportasi udara jarak dekat menggunakan drone, pesawat listrik, dan kendaraan udara otonom. Karena itu tak salah bila akademisi dari Jepang dan Indonesia bertemu membicarakan hal tersebut.
Sebab perkembangan air mobility telah membuka jalan bagi solusi mobilitas yang lebih efisien, cepat, dan ramah lingkungan, terutama di wilayah urban dan daerah terpencil. Dan Jepang adalah salah satu negara yang memimpin pengembangan air mobility, menggabungkan teknologi canggih dan infrastruktur modern.
Dalam konteks ini, diskusi akademis di Universitas Hosei Tokyo pada 11-13 Desember yang melibatkan para pakar dari Jepang dan Indonesia menjadi salah satu tonggak penting. Pertemuan tersebut dihadiri oleh akademisi dari Universitas Hosei: Prof. Dr. Morikawa, yang juga ahli dalam riset akustik, dan pesawat terbang, Dr. Hatsuda, spesialis dalam teknologi kelistrikan, keduanya yang juga mewakili HIEN Technology, Jepang. Takeshi Hompo, seorang insinyur kedirgantaraan lulusan Universitas Washington dari Chuosenko Indonesia. Dari pihak Indonesia, hadir pula Firmantoko Soetopo, Master System Engineering dari Bagaskara Jakarta, dan Prof. Dr. Rudy Harjanto, Kepala Program Doktor Komunikasi LSPR.
Menurut Rudy Harjanto, Jepang telah memanfaatkan teknologi maju untuk mendorong pengembangan air mobility. Salah satu inovasi utama adalah kendaraan udara listrik yang mampu terbang secara otonom.
HIEN Technology, perusahaan yang dipimpin oleh Dr. Hatsuda, telah memperkenalkan sistem propulsi listrik hemat energi yang mendukung keberlanjutan lingkungan. Teknologi ini dirancang untuk mengurangi emisi karbon secara signifikan, menjadikan air mobility sebagai solusi transportasi masa depan yang ramah lingkungan, dan memastikan bahwa kendaraan udara masa depan tidak hanya efisien tetapi juga tidak mengganggu kenyamanan masyarakat urban.
"Kota-kota besar seperti Tokyo, Bangkok, dan Jakarta menghadapi tantangan kemacetan lalu lintas yang signifikan. Air mobility menawarkan solusi praktis melalui layanan taksi udara yang dapat mengurangi beban transportasi darat," kata Prof. Rudy.
"Di sisi lain, di wilayah terpencil dan kepulauan, seperti Okinawa dan maupun daerah bencana air mobility menjadi alat vital untuk pengiriman logistik, terutama makanan dan obat-obatan," tambahnya.
Solusi ini dianggap sangatlah penting. Apalagi sebagai negara yang sering dilanda bencana alam, Jepang bisa menggunakan air mobility untuk mendukung operasi penyelamatan. Sebab kendaraan udara otonom mampu mengirimkan bantuan ke daerah yang sulit dijangkau. Teknologi ini memainkan peran penting selama bencana gempa dan tsunami di Fukushima, di mana drone digunakan untuk memantau daerah terdampak dan mengirimkan pasokan darurat.
"Air mobility memberikan berbagai manfaat sosial, seperti aksesibilitas yang memudahkan masyarakat di daerah terpencil untuk mendapatkan kebutuhan pokok, layanan kesehatan, dan pendidikan. Kendaraan udara otonom mengurangi risiko kecelakaan lalu lintas dibandingkan transportasi darat, dan dalam situasi darurat, mobilitas udara memungkinkan pengiriman bantuan dengan cepat," jelas Prof. Rudy.
Manfaat Ekonomi Air Mobility
Prof. Rudy menjelaskan jika penggunaan air mobility dapatlah mengurangi biaya operasional logistik melalui pengiriman yang lebih cepat dan tepat waktu. Tak hanya itu, industri air mobility menciptakan peluang baru di bidang manufaktur, pemeliharaan, dan pengembangan teknologi. Air mobility pun juga membuka peluang bagi wisatawan untuk menjangkau destinasi yang sebelumnya sulit diakses.
Tak heran bila di Jepang, air mobility tidak hanya dilihat sebagai teknologi transportasi tetapi juga bagian dari budaya inovasi. Pemerintah Jepang bekerja sama dengan komunitas lokal untuk memastikan bahwa pengembangan ini sejalan dengan nilai-nilai tradisional, seperti harmoni dengan lingkungan. Selain itu, kendaraan udara modern sering dirancang dengan estetika Jepang yang mengutamakan kesederhanaan dan efisiensi.
Diskusi selama tiga hari di Universitas Hosei membahas peluang dan tantangan pengembangan air mobility di Jepang dan Indonesia. Prof. Dr. Rudy Harjanto menyoroti pentingnya komunikasi lintas budaya dalam memperkenalkan teknologi baru di masyarakat Indonesia yang dapat mempercepat adopsi teknologi di sektor logistik antar pulau, mengingat Indonesia adalah negara kepulauan yang sangat membutuhkan transportasi udara yang efisien.
Sebab, lanjutnya, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengadopsi air mobility, terutama untuk logistik pulau-pulau, pengiriman barang antara pulau-pulau kecil yang sulit dijangkau, dan bantuan bencana, seperti di Jepang, di mana air mobility dapat digunakan untuk menyalurkan bantuan ke daerah terdampak bencana alam.
"Air mobility adalah salah satu inovasi teknologi yang memiliki potensi besar untuk mengubah cara kita hidup, bekerja, dan bepergian. Dengan manfaat sosial, ekonomi, dan budaya yang signifikan, masa depan air mobility terlihat cerah, terutama di Jepang dan Indonesia. Kolaborasi internasional, seperti yang dibahas menunjukkan bahwa teknologi ini tidak hanya tentang inovasi, tetapi juga tentang kebermanfaatan bagi umat manusia," pungkas Prof. Rudy Harjanto. (*)