search

Daerah

Dinkes KaltimMental Healthdr. Ika Gladies SyaferaniSurvei Kesehatan Indonesia

50 Persen Remaja Kaltim Alami Masalah Kesehatan Jiwa, Dinkes Andalkan Skrining dan Edukasi

Penulis: Giovanni Gilbert Anras
8 jam yang lalu | 0 views
50 Persen Remaja Kaltim Alami Masalah Kesehatan Jiwa, Dinkes Andalkan Skrining dan Edukasi
Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim), dr. Ika Gladies Syaferani. (Presisi.co/Gio)

Samarinda, Presisi.co - Kepala Seksi Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kalimantan Timur (Dinkes Kaltim), dr. Ika Gladies Syaferani menyatakan, sekitar 50 presen dari remaja Kaltim mengalami masalah kesehatan jiwa.

Mengambil data dari Jejak Survei Kesehatan Indonesia (SKI) yang dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan pada Oktober 2023, Kaltim menempati posisi tertinggi kedua dalam tingkat depresi Indonesia sebesar 2,2 persen setelah Jawa Barat dengan presentase 3,3 persen.

Ketidakmerataan distribusi kekayaan dari sumber daya alam (SDA), rendahnya lapangan pekerjaan, meningkatnya tingkat stres dan kecemasan, terutama di kalangan kaum muda menjadi beberapa faktor penyebab tingginya angka depresi di Kaltim.

Untuk mengatasi hal tersebut, Dinas Kesehatan berkolaborasi dengan Kementerian Kesehatan melalui program Penyakit Tidak Menular (PTM). PTM adalah salah satu program yang bertujuan untuk mencegah penyakit seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung, termasuk depresi menjadi tantangan utama kesehatan masyarakat.

Pencegahan melalui pendekatan promotif dan preventif, seperti edukasi kesehatan dan gaya hidup sehat, merupakan langkah prioritas dalam pengendalian PTM. Dalam mengatasi tingginya tingkat depresi di Kaltim, Dinkes melaksanakan skrining kesehatan jiwa menggunakan aplikasi berbasis Android bernama (Sistem Informasi Jiwa) Sijiwa.

"Aplikasi ini langsung terkoneksi dengan sistem pencatatan pelaporan Kementerian Kesehatan termasuk kami di Dinkes Kaltim," kata Ika pada Senin, 18 November 2024.

Sijiwa dipakai guna untuk membantu individu mengevaluasi kondisi psikologis mereka melalui pertanyaan-pertanyaan dari aplikasi tersebut. Sehingga, pengguna bisa mengetahui apakah dirinya mengalami masalah kesehatan jiwa atau tidak.

"Jika hasil menunjukkan kebutuhan konsultasi, aplikasi akan mengarahkan pengguna ke tenaga kesehatan, baik di puskesmas maupun rumah sakit," ujarnya.

Ika mengungkapkan, dari data skrining yang telah dilakukan di beberapa kabupaten/kota, sekitar 50 persen dari peserta menunjukkan adanya masalah kesehatan jiwa.

“Rata-rata remaja ini membutuhkan teman curhat, yang masalahnya sering kali terkait dengan lingkungan keluarga atau sekolah,” katanya

Skrining dilakukan berdasarkan usia dengan dua jenis instrumen: SDQ (Strengths and Difficulties Questionnaire) untuk anak di bawah 18 tahun dengan 25 pertanyaan, dan SRQ-20 (Self-Reporting Questionnaire) untuk usia dewasa dengan 20 pertanyaan. Ika bilang, hasilnya bukanlah diagnosis, melainkan deteksi awal untuk menentukan apakah perlu pemeriksaan lebih lanjut.

Namun, untuk mengurangi prevalensi depresi lanjut Ika, Kaltim mengalami kendala seperti kurangnya tenaga ahli dalam psikologi klinis. Para tenaga ahli tersebut nantinya membantu para remaja atau para masyarakat yang memiliki masalah kesehatan jiwa.

"Psikolog klinis kita sebenarnya tidak terlalu banyak, hanya ada di provinsi dan di kota-kota besar, sedangkan di daerah kan enggak ada. Untuk itu, tenaga kesehatan di fasilitas pelayanan tingkat pertama (FKTP) seperti puskesmas telah dilatih agar mampu memberikan konseling dasar," jelasnya..

Sementara ini, Dinkes Kaltim sambung Ika, masih berfokus kepada remaja-remaja dengan melakukan sosialisasi dan Skrining. Ke depan, Ika berharap masyarakat lebih terbuka terhadap kesehatan jiwa dan menjadikannya prioritas, sama seperti kesehatan fisik. (*)

Editor: Redaksi