Populix Ungkap 44% Masyarakat Khawatir akan Transparansi Pengelolaan Dana TAPERA
Penulis: Siaran Pers
Selasa, 22 Oktober 2024 | 262 views
Presisi.co - Laporan Populix berjudul “Sentimen Masyarakat terhadap Program TAPERA” menunjukkan bahwa hampir 90% masyarakat telah mengetahui tentang program TAPERA, dengan media sosial dan media massa sebagai saluran utama penyebaran informasi. Meskipun pemahaman dasar mengenai TAPERA cukup luas, terdapat kebutuhan signifikan untuk peningkatan edukasi.
Program Tabungan Perumahan Rakyat (TAPERA) yang beberapa waktu lalu menjadi titik fokus dalam perdebatan kebijakan di Indonesia, mencerminkan upaya serius pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi melalui akses perumahan yang terjangkau. Namun, dalam sosialisasinya masih terdapat mispersepsi yang memicu perdebatan di tengah-tengah masyarakat.
Sekitar 75% responden menunjukkan pemahaman yang baik mengenai tujuan utama TAPERA, tetapi masih ada kelompok masyarakat dari kelas ekonomi bawah yang kurang memahami program ini. Kesalahpahaman mengenai tujuan TAPERA, seperti anggapan bahwa dana ini ditujukan untuk pendidikan, masih terjadi ditengah-tengah masyarakat.
“Salah satu temuan utama dalam laporan ini mengungkapkan bahwa meskipun masyarakat memahami bahwa TAPERA bertujuan untuk memfasilitasi kepemilikan rumah, masih ada kekeliruan yang perlu diklarifikasi, seperti penggunaan dana dan mekanisme penarikan dana. Di sisi lain, masyarakat mengharapkan adanya transparansi dalam pengelolaan dana dan kemudahan akses untuk mencairkan tabungan dari program TAPERA. Kami berharap bahwa temuan-temuan ini dapat mendorong perubahan positif dalam cara program ini dikelola dan diimplementasikan, sehingga dapat lebih efektif dalam membantu masyarakat mencapai kepemilikan rumah,” ungkap Vivi Zabkie, Head of Social Research Populix.
Mayoritas masyarakat mengetahui bahwa TAPERA adalah program tabungan untuk membeli rumah, dengan pemotongan langsung dari gaji sebagai metode tabungan. Tiga dari empat orang memahami mekanisme ini dengan benar. Namun, terdapat kekeliruan terkait penarikan dana ketika peserta berhenti bekerja, khususnya di kalangan responden lajang.
Laporan ini juga mengungkapkan sikap skeptis terhadap efektivitas dan transparansi TAPERA, dengan hampir separuh responden (44%) mengungkapkan kekhawatiran tentang pengelolaan dana. (*)