search

Siaran Pers

QoalaFintechTommy MartinBhima YudhistiraMercy Simorangkir

Industri Fintech Makin Berkembang Pesat, Qoala Optimis Berikan Kontribusi Maksimal

Penulis: Siaran Pers
Kamis, 09 Desember 2021 | 756 views
Industri Fintech Makin Berkembang Pesat, Qoala Optimis Berikan Kontribusi Maksimal
Qoala Economic Outlook 2022. (Sumber: Qoala)

JAKARTA, 9 Desember 2021 - Pada 8 Desember 2021, perusahaan insurtech Qoala mengadakan sebuah webinar yang bertajuk Qoala Economic Outlook 2022: Key Strategy and Challenges for Fintech Industry to Rise from the Pandemic.  Dalam webinar ini, Tommy Martin selaku COO dan Co-founder Qoala bersama dengan Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) dan Mercy Simorangkir, selaku Executive Director Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) berdiskusi mengenai kondisi perekonomian Indonesia di tahun 2021 dan peluang ekonomi, khususnya bagi pemain fintech di tahun 2022 mendatang.

Selama hampir 2 tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Indonesia terdampak akibat pandemi COVID-19. Industri fintech sebagai salah satu pemain kunci turut andil dalam pemulihan dan peningkatan perekonomian nasional. Peningkatan kinerja dan pertumbuhan angka yang signifikan menunjukan bahwa industri fintech berpeluang untuk semakin mendorong kemajuan ekonomi negara.

Tommy Martin, COO dan Co-founder Qoala mengatakan bahwa kontribusi Qoala sebagai sebuah perusahaan insurtech adalah memberikan solusi asuransi pembiayaan bermanfaat bagi perusahaan p2p lending dan juga perusahaan penyedia asuransi. “Kami melihat potensi untuk memberikan solusi asuransi kepada ekosistem fintech akan semakin tinggi, baik dari sisi UMKM, perusahaan atau individu, semuanya pasti memerlukan asuransi. Potensi ini yang dapat Qoala gali untuk memberikan layanan produk asuransi dan bekerjasama dengan para pemain fintech”.

Selama beberapa tahun terakhir, perkembangan industri fintech sangat luar biasa dan telah berhasil menjangkau masyarakat luas. Hal ini menjadi kesempatan bagi Qoala untuk turut berkolaborasi dengan platform digital fintech lainya dalam menghadirkan produk asuransi yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat Indonesia. Tommy menyatakan “Tantangan saat ini adalah meningkatkan pemahaman masyarakat terkait asuransi dan juga memperkenalkan jenis dan produk asuransi yang mereka butuhkan. Saat ini, Qoala bekerjasama dengan berbagai perusahaan digital untuk memasyarakatan produk asuransi.”

Bhima Yudhistira, Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) menyatakan, meskipun pandemi masih berlangsung, pemulihan ekonomi tetap berjalan dan hal ini turut didukung oleh keberadaan industri fintech. “Dari segi keyakinan membeli konsumen pun kini sudah meningkat, di berbagai kelompok pengeluaran mulai dari 1-2 juta hingga diatas 5 juta per bulan, sebagian masyarakat sudah siap untuk mulai spending kembali. Kalaupun masih ada pembatasan sosial karena PPKM, mereka juga sudah siap menggeser sebagian spending habit dengan pembelian barang secara online, sehingga turut membantu tidak hanya fintech p2p lending saja, tapi penggunaan jenis fintech lain seperti paylater dan pinjaman lainnya juga akan mengalami peningkatan” ujar Bhima.

Perkiraan tren fintech di tahun 2022,  ekspansi pembiayaan merchant e-commerce akan semakin masif. Fintech akan melakukan bekerjasama dengan platform e-commerce dan menyediakan pembiayaan bagi para merchant. Selain itu, fintech akan ekspansi pembiayaan ke microfinance seperti warung dan juga personal finance. Selain penyaluran pinjaman, kedepannya fintech juga akan menawarkan digital investment platform seperti insurtech, reksadana hingga pembelian surat hutang dalam satu platform yang sama. Kemudian kedepan akan marak merger dan akuisisi sesama fintech atau bahkan fintech menjadi bagian lembaga keuangan yang bersifat tradisional.

Mercy Simorangkir, selaku Executive Director Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH) juga menyatakan bahwa terdapat perkembangan signifikan di industri fintech terutama dalam adopsinya pada masa pandemi, didukung oleh percepatan digitalisasi seiring berubahnya gaya hidup dan berlakunya pembatasan sosial.

“Perkembangan fintech secara general bisa kita lihat dari adopsinya di masyarakat dan jumlah penyelenggara fintech yang semakin beragam. Bank Indonesia mencatat jumlah adopsi uang elektronik pada bulan Oktober 2021, lebih dari 544 juta, jumlah transaksi melebihi Rp 29,23 triliun. Berdasarkan OJK, di bulan Oktober 2021 ada 104 penyelenggara yang menyalurkan pinjaman sebesar Rp 13,5 triliun dengan lebih dari 10 juta rekening pemberi pinjaman. Model fintech pun kini semakin beragam guna memenuhi keragaman layanan keuangan untuk berbagai keperluan masyarakat, di AFTECH sendiri sudah ada lebih dari 20 model bisnis fintech yang terdaftar” ujar Mercy.

Ke depannya, fintech akan semakin berkembang dan memiliki peluang yang lebih baik. Potensi semakin besar karena digitalisasi makin cepat, perkembangan fintech juga didorong oleh adopsinya tidak hanya untuk kebutuhan transaksi keuangan sehari-hari tapi potensi lain seperti pemanfaatan fintech untuk pengumpulan pendapatan daerah, pengumpulan dana sosial, fintech pasar modal juga terus berkembang dan meningkatkan penetrasi pasar modal di Indonesia.

Sumber: Press Release Qoala