search

Berita

Muhammad Mashudin Terapi Syaraf Telinga Menghirup Napas Pasien Covid-19

Diduga Gegara Nekat Menghirup Embusan Napas Pengidap Covid-19, Ahli Terapi Tuna Rungu Akhirnya Wafat

Penulis: Jeri Rahmadani
Jumat, 16 Juli 2021 | 3.373 views
Diduga Gegara Nekat Menghirup Embusan Napas Pengidap Covid-19, Ahli Terapi Tuna Rungu Akhirnya Wafat
Muhammad Mashudin. (Ist)

Samarinda, Presisi.co – Seorang pakar terapi saraf telinga dikabarkan meninggal dunia setelah nekat menghirup embusan napas pasien pengidap Covid-19.

Dilansir dari Suara.com, jaringan Presisi.co, dalam video yang sebelumnya beredar luas di media sosial itu menunjukkan sosok pria berpeci yang belakangan diketahui bernama Muhammad Mashudin.

Ia nekat meminta pasien yang terbaring lantaran sakit Covid-19 untuk menghembuskan napas, kemudian meminta seorang rekannya menghirup. Tak hanya itu, Mashudin pun turut ikut menghirup udara yang dihembuskan pasien tersebut. "Sudah sembuh. Minum dulu, besok bisa langsung jalan-jalan," ucap Mashudin sayup-sayup kepada pasien Covid-19 yang tengah terbaring tersebut.

Sayangnya, pakar terapi syaraf telinga yang dikenal dengan panggilan Mr Mashudin dalam videonya yang viral itu dikabarkan meninggal dunia pada Selasa 13 Juli 2021 waktu dini hari.

Dalam satu minggu terakhir, ahli pijat spesialis tuna rungu berumur 47 tahun tersebut sempat mengeluhkan sakit lambung dan demam, sebelum akhirnya mengembuskan napas terakhir di rumahnya di Dusun Ketanen Desa Banyuarang Kecamatan Ngoro.

Salah satu temannya, Rony, yang juga berprofesi sebagai jurnalis mengaku sangat kehilangan. Ia mengaku terakhir bertemu dengan Mashudin sekitar satu pekan yang lalu. Dirinya pun sempat melihat sang terapis ini sakit dan terbaring di rumahnya. “Waktu itu beliau sakit. Saya mau bertamu akhirnya pulang, biar istirahat dulu. Itu terakhir kali saya bertemu, setelah itu saya terima kabar duka Mr Mashudin meninggal,” ungkapnya, Selasa 13 Juli 2021 lalu.

Hal senada diungkapkan oleh salah satu pengusaha asal Kecamatan Perak, Juliono. Pria yang akrab disapa Haji Juli ini mengaku sangat kehilangan sosok Masudin, pria yang banyak memiliki kelebihan dan jiwa sosial yang tinggi.

Kata ia, sejauh ini apa yang dikerjakan Masudin tidak lepas dari kegiatan sosial. Mulai dari membangun masjid, jalan, hingga membangun ratusan rumah orang kurang beruntung. “Ia orangnya sangat baik, suka menolong, membangun masjid, hasil kerjanya tidak dipakai sendiri,” ujarnya.

Pemegang Rekor Tercepat

Semasa hidupnya, Mashudin dikenal sebagai sosok terapis yang ahli mengobati pasien tuna rungu, baik bawaan dari lahir maupun karena sebab lain. Namanya makin melejit sejak 2012 silam. 

Saat itu Mashudin pertama kali menerima penghargaan dan memecahkan rekor MURI sebagai seorang terapis tercepat. Selain MURI, ia juga mendapat penghargaan kategori terapi tercepat dari Centurion World Record, penghargaan kelas dunia dari Amerika Serikat.

Sejak saat itu, sejumlah pasien dari berbagai daerah bahkan dari luar negeri mulai datang. Terapi syaraf telinga Mashudin dikenal dengan terapi kelas "sultan".

Namun, tidak demikian sebenarnya. Sebab, semasa hidupnya, mendiang tidak selalu memasang tarif yang sama untuk para pasien. Kadang pasien dengan tingkat ekonomi menengah ke atas, dirinya mematok tarif yang mahal. Namun sebaliknya, tak jarang pasien yang kurang mampu malah digratiskan. Bahkan, sebagian besar penghasilanya itupun selalu dia gunakan untuk kegiatan sosial. (*)

Editor: Rizki

Baca Juga