Cerita Sembuh dari Covid-19: Tanamkan Sugesti Kesembuhan, Naikkan Nafsu Makan dengan Nonton Mukbang
Penulis: Nur Rizna Feramerina
Selasa, 13 Juli 2021 | 1.016 views
Balikpapan, Presisi.co – Di balik kelamnya wabah Covid-19, ada semangat untuk bangkit menuju hidup normal yang sesungguhnya. Tingginya tingkat kesembuhan menjadi fakta nyata bahwa awan gelap ini segera sirna dari Indonesia.
Triyo Agung Wibowo, 22 tahun, adalah salah satu penyintas Covid-19. Cerita bermula ketika awal Januari 2021 lalu, ia dan keluarganya harus berkunjung ke Jakarta karena ada keperluan penting. Selama di Ibu Kota Negara, Agung beberapa kali ke pusat perbelanjaan. Namun tetap menerapkan protokol kesehatan. Dua hari di Jakarta, Agung dan keluarga kembali ke rumahnya di Kabupaten Brebes.
Selama sebulan di rumah, ia dan keluarga harus kembali lagi ke Jakarta untuk menjemput kakaknya. Padahal ia dan ibunya sedang merasa tidak enak badan. Sesampainya di Jakarta, Agung melihat kakaknya juga dalam kondisi yang kurang fit. Selama menyelesaikan keperluan, Agung mendapati raut wajah ibunya pucat dan lemas. “Saat itu ibu dan kakak sudah sakit. Cuma minum obat sakit kepala dan demam,” terang Agung.
Kondisi kesehatan mereka semakin menurun. Badannya pegal, nyeri hingga ke tulang. Demam dengan jarak yang tidak beraturan. Indera penciuman dan perasa menghilang, serta sesak napas. Setelah diperiksa, Agung dan keluarga diberikan sejumlah obat oleh dokter. Namun kondisi mereka tak kunjung membaik. Akhirnya, setelah dilakukan rapid test antigen, hasilnya menunjukkan Agung dan keluarga positif Covid-19. Sang ibu yang dirawat beberapa hari di rumah sakit, tidak bisa lagi menahan sakit lalu mengembuskan napas terakhir. Agung harus menerima kesedihan itu bersama vonis positif virus corona di tubuhnya.
***
Agung masih isolasi mandiri di rumah. Selama positif Covid-19, diakui Agung, orang sekitar rumah sempat menjauh. Padahal, menurut Agung, masyarakat di desa tempat ia tinggal tidak terlalu memerhatikan protokol kesehatan. Menurutnya, masyarakat harus saling membantu ketika ada tetangga atau kerabat yang sedang melakukan isolasi mandiri. Dalam hal ini, bantuan yang dimaksud Agung tidak hanya berupa bahan makanan, tetapi dukungan semangat dari kerabat pun sangat dibutuhkan. “Aku merasa seperti monster yang harus dijauhi. Tidak enak juga. Tapi keluarga sering kasih dukungan,” ujarnya.
Kondisi kesehatannya semakin menurun. Agung akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Selama dirawat, tidak banyak hal yang bisa dilakukan Agung. “Makan, salat, tidur, olahraga kecil-kecilan, dan main handphone. Kalau belum bisa jalan ya olahraga di kasur. Peregangan saja, yang penting gerak. Kalau bisa jalan ya keliling-keliling kamar. Kebetulan di kamar sendiri dan aku usahakan kena sinar matahari. Soalnya itu enak di badan,” jelasnya.
Hilangnya indera perasa membuat selera makan Agung menurun. Untuk mengatasi hal itu, sebelum makan, biasanya ia menonton video-video mukbang dari food vlogger. Itu terbukti berhasil. Di sisi lain, minum obat dan rutin melaporkan kondisi tubuh ke dokter juga diperlukan. Supaya dokter yang merawat tahu tindakan apa yang mesti dilakukan.
Selama dirawat dua minggu, ia menjadi sadar pentingnya berolahraga. Di momen itu juga ia merasa semakin dekat dengan Sang Pencipta. “Salat saat sakit itu terasa susah. Jadi ini pecutan ketika sehat, harus lebih rajin beribadah,” ungkapnya.
Di minggu ketiga Agung sudah terbebas dari vonis positif Covid-19. Ia menyarankan bagi orang-orang yang masih berjuang melawan Covid-19, jauhi hal-hal yang membuat mental menjadi down. Disiplin makan makanan sehat dan minum obat serta diimbangi dengan olahraga merupakan faktor penting kesembuhan. “Jangan putus asa. Sugestikan saja kamu bisa sembuh,” tegas Agung. (*)