Hati-Hati Pusaka Palsu, Mantik: Piring Retak Seribu Asli Itu Tetap Bisa Membuat Makanan Jadi Basi
Penulis: Jeri Rahmadani
Sabtu, 29 Mei 2021 | 7.495 views
Samarinda, Presisi.co – Barang-barang kuno dan antik seringkali disandingkan dengan hal-hal yang berbau mistik. Namun, benarkah demikian?
Di Samarinda, ada komunitas bernama Majelis Antik dan Etnik (Mantik). Mereka adalah para penggemar benda antik yang justru membongkar anggapan mistik terhadap benda antik.
Ketua Mantik Samarinda, Faisal Rakhman mengatakan, komunitas ini berfokus pada tiga hal dalam melihat barang antik. Yakni menggali informasi secara filosofi, sejarah, dan kesenian. Mereka mengusung prinsip no mistik, no klenik, dan no syirik.
Mantik terbentuk dari beberapa teman sesama pecinta, pengkoleksi, serta penjual barang antik dan pusaka dengan ragam jenis. "Selama ini pusaka dianggap negatif dan menjurus ke mistik. Kami ingin mengubah anggapan itu," jelas Faisal.
Ia menghargai benda-benda pusaka di seluruh Nusantara sebagai warisan budaya. Menurutnya, kalau anak-anak muda sekarang tidak melestarikan barang antik dan pusaka, lambat laun budaya tersebut akan menghilang.
Beberapa pameran barang antik di Samarinda pernah diikuti Mantik guna mengedukasi masyarakat. Termasuk salah satunya piring dengan corak retak seribu. "Piring retak seribu kami diskusikan secara sejarah. Mistiknya kami bongkar, dihubungkan dengan sejarah," terangnya.
Ia menyebut, piring retak seribu saat ini malah banyak dikomersilkan orang. Termasuk di dalamnya disebut anti pedas, anti basi, dan lainnya. Faisal menegaskan, anggapan anti basi ini kerap dibumbui hal mistis oleh penjual dengan tujuan menaikkan harga.
Ia mengungkapkan, pada mulanya Kekaisaran Ming membuat piring retak seribu menggunakan material tertentu. "Sehingga nasi dalam piring tersebut tahan lebih lama. Tapi bukan berarti tidak bisa basi. Ya tetap basi," tegas Faisal.
Barang antik dan pusaka saat ini sangat rentan penipuan. Itulah yang melandasi pentingnya edukasi barang antik dan pusaka. "Kalau ada orang-orang beli barang antik, kami bisa diskusikan nilai sejarah dan filosofinya. Mana yang asli dan palsu," ucapnya.
Ia menuturkan, barang antik dan pusaka sejatinya tidak ada harga pasti. Yang ada hanya mahar atas kepemilikan barang antik atau pusaka tersebut. Jika seseorang tertarik, maka harga ditentukan sesuai kesepakatan.
Di Kaltim, pusaka yang memiliki nilai sejarah penting adalah mandau. Ia mengkategorikan mandau terbagi dalam tiga jenis. Mulai dari mandau kerja, mandau pajangan, dan mandau pusaka. Menurutnya, yang biasa dijual di pasaran adalah mandau pajangan. Sementara mandau jenis pusaka memiliki pakem dan tidak bisa dijual sembarangan. "Pembuatan mandau juga menggambarkan mandau tersebut dari suku mana. Terlihat dari motif dan ukiran yang dibuat," terang Faisal.
Tips Menghindari Penipuan
Tidak sedikit penggemar barang pusaka mengeluarkan banyak uang padahal benda yang dibelinya palsu. Menurut Faisal, modus penipu biasanya dibumbui dengan kisah mistis soal benda pusaka itu dan mengaburkan sisi sejarahnya. Ada dua hal yang harus diperhatikan sebelum memberi benda pusaka.
Pertama, memperbanyak literatur tentang calon barang antik atau pusaka yang bakal dibeli. Ini merupakan pencegahan awal jika ada penipuan atau bumbu-bumbu mistis. Kedua, berdiskusi dengan orang yang berkonsentrasi terhadap penelitian barang antik atau pusaka tersebut. Sebab, pengalaman orang yang mengerti sudah pasti lebih mempuni. "Seperti mandau pusaka bisa dilihat mulai dari hulu atau gagang, sarung, jenis ukiran dan aksesoris sudah ketahuan asli atau tidak. Untuk mandau, jika ukiran gagang dan sarungnya sangat detail serta bilah yang ditempa rapi menggunakan besi berkualitas, 70 persen bisa dikategorikan asli," jelasnya. (*)