search

Berita

Libur Akhir TahunTempat LiburPro dan KontraLibur PanjangProtokol Kesehatan

Pro dan Kontra Wisata Liburan Akhir Tahun di Masa Pandemi

Penulis: Redaksi Presisi
Minggu, 22 November 2020 | 1.689 views
Pro dan Kontra Wisata Liburan Akhir Tahun di Masa Pandemi
Ilustrasi. (Sumber : Istimewa)

Presisi.co - Wabah Covid-19 yang belum teratasi sepenuhnya tak menghentikan masyarakat untuk menikmati liburan, terutama pada akhir tahun 2020 yang tinggal menghitung minggu. Pemerintah Indonesia belum mengambil keputusan akhir terkait penundaan cuti bersama karena masih mempertimbangkan situasi dan kesehatan masyarakat. Sementara Ikatan Dokter Indonesia cenderung mendesak penundaan, terutama setelah kenaikan 5.000 kasus yang muncul dari long weekend akhir Oktober lalu.

Membantu bidang pariwisata

Berlibur di masa pandemi memang mengundang kontroversi. Sisi negatifnya adalah meningkatnya penularan virus dari tingginya mobilitas di tempat wisata. Sementara sisi positifnya adalah kebangkitan sektor pariwisata yang sempat lumpuh karena banyaknya tempat wisata yang ditutup sementara waktu atau membatasi jumlah kunjungan.

Libur panjang akhir tahun akan berlangsung pada 24 Desember hingga 31 Desember 2020. Pada masa tersebut, masyarakat memutuskan untuk mudik atau bepergian ke luar kota hingga luar negeri. Namun, kondisi saat ini membuat liburan menjadi kegiatan yang kompleks.

Walau begitu, bukan berarti masyarakat tak bisa pergi ke tempat wisata. Sejumlah kebijakan terkait bepergian di masa pandemi sudah dikeluarkan, salah satunya protokol kesehatan 3M (mencuci tangan, memakai masker, menghindari kerumunan) yang dianjurkan untuk diikuti.

Selain itu, para pengunjung juga harus mengurus dokumen tertentu untuk mengakses transportasi, penginapan, maupun destinasi wisata sebagai jaminan kesehatan dan keamanan.

Peningkatan di sektor perhotelan

Sebelum liburan akhir tahun 2020, ada tiga liburan panjang yang berlangsung pada Mei, Agustus, serta Oktober. Hariyadi B Sukamdani selaku Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia mengungkapkan liburan panjang memberikan dampak posifif bagi sektor perhotelan. Pasalnya, terdapat peningkatan okupansi kamar hotel mencapai 50% hingga 80%.

Hariyadi pun menambahkan libur akhir tahun yang cenderung lebih panjang daripada long weekend membuat masyarakat lebih hati-hati mempersiapkan rencana perjalanan. Misalnya saja dengan memastikan peraturan di tempat tujuan hingga mengurus dokumen. Akan tetapi, masyarakat diminta tetap mengikuti protokol kesehatan apabila mereka tak mau liburan akhir ditiadakan, karena abai terhadap aturan akan menimbulkan konsekuensi tersebut.