Penulis: Muhammad Riduan
1 jam yang lalu | 0 views
Wali Kota Samarinda, Andi Harun saat di Rembug Pentahelix Pengurangan Risiko Bencana Kota Samarinda.(Presisi.co/Muhammad Riduan)
Samarinda, Presisi.co – Wali Kota Samarinda, Andi Harun menegaskan pentingnya kolaborasi nyata lintas sektor dalam menghadapi ancaman bencana hidrometeorologi di Kota Samarinda, Kalimantan Timur (Kaltim).
Hal itu disampaikannya usai Rembug Pentahelix Pengurangan Risiko Bencana Kota Samarinda yang digelar Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Kota Samarinda di Cafe Bagios, Jalan KH Abdurrasyid, Kamis 18 Desember 2025.
Andi Harun menekankan bahwa Rembug Pentahelix tidak boleh berhenti pada kegiatan seremonial semata, melainkan harus menghasilkan aksi nyata yang membumi dan berdampak langsung bagi penguatan ketahanan kota terhadap bencana.
“Kita wujudkan kolaborasi secara bersama-sama. Bagaimana menjaga keseimbangan alam kita. Karena kuncinya keseimbangan alam," ungkapnya saat diwawancarai.
Menurutnya, menjaga keseimbangan lingkungan merupakan bentuk mitigasi paling konkret untuk menghadapi berbagai potensi bencana, termasuk bencana hidrometeorologi. Ia mengajak seluruh pihak untuk mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa bencana besar, salah satunya tragedi tsunami Aceh.
“Cara terbaik mengambil pelajaran adalah dengan memastikan lingkungan kita tidak mengalami degradasi yang parah. Lahan-lahan yang sudah rusak harus segera direstorasi,” tegasnya.
Andi Harun menilai, upaya pengendalian banjir dan bencana hidrologi tidak cukup jika hanya dilakukan di wilayah hilir. Program seperti pengerukan sungai dan revitalisasi drainase penting, namun tidak akan efektif tanpa dibarengi dengan perlindungan dan pemulihan lingkungan di sektor hulu.
“Kalau hulunya alam terus-menerus mengalami kerusakan maka itu tidak akan membawa pengaruh signifikan dalam memitigasi bencana hidrometorologi. Salah satu langkah restorasi yang harus terus digerakkan adalah penanaman pohon,” katanya.
Orang nomor satu di Kota Tepian ini juga mengajak seluruh unsur pentahelix, pemerintah, TNI-Polri, dunia usaha, masyarakat, akademisi, dan media untuk bersama-sama menjadikan lingkungan sebagai pondasi utama dalam membangun kota yang berketahanan iklim.
“Untuk alam yang masih bagus, kita pertahankan. Untuk lahan-lahan kritis, kita restorasi. Semua pihak harus terlibat,” tambahnya.
Pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan diingatkan agar tidak terlalu banyak menghabiskan waktu dalam forum-forum seremonial, melainkan segera bergerak melakukan aksi nyata di lapangan.
“Saatnya kita turun ke lapangan. Hanya dengan cara itu kita bisa secara bertahap memperkuat faktor lingkungan dalam pembangunan tata kota Samarinda ke depan,” pungkasnya. (*)