search

Daerah

H BabaDPRD KaltimProgram MBGSkema Makan Bergizi GratisPDI Perjuangan

Legislator Kaltim Khawatir Jika Program MBG Berhenti di Tengah Jalan

Penulis: Akmal Fadhil
Kamis, 09 Oktober 2025 | 11 views
Legislator Kaltim Khawatir Jika Program MBG Berhenti di Tengah Jalan
Anggota DPRD Kaltim, H Baba. (Akmal/Presisi.co)

Samarinda, Presisi.co - Ketua Komisi IV DPRD Kalimantan Timur, H. Baba, mengingatkan agar pelaksanaan program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak dijalankan secara tergesa dan tetap mempertimbangkan kesiapan masing-masing daerah.

Ia menyoroti bahwa sebagian besar temuan terkait pelaksanaan program MBG sejauh ini terjadi di Pulau Jawa, khususnya Jawa Barat.

“Sejauh ini temuan banyak di Jawa. Di Kaltim belum semua daerah menjalankan program MBG. Harapannya, jangan sampai permasalahan yang sama terjadi di sini,” ujar Baba saat ditemui Rabu 8 Oktober 2025.

Ia juga mengakui baru turun langsung ke lapangan setelah beberapa waktu absen karena alasan kesehatan. 

Namun, Baba tetap memastikan komitmennya untuk memantau langsung pelaksanaan MBG di daerah.

“Saya tadi malam lihat agenda rapat hari ini, dan saya perkirakan banyak yang tidak hadir. Maka saya paksakan diri hadir, karena ini penting,” tuturnya.

Terkait kebijakan pemerintah pusat yang berencana mengubah skema pelaksanaan MBG menjadi bantuan langsung, Baba berharap keputusan tersebut tidak merugikan pihak yang telah lebih dahulu berinvestasi dalam program ini.

“Kalau tiba-tiba ada perubahan sistem, kita khawatir pelaku MBG yang sudah berinvestasi justru dirugikan. Kasihan mereka. Karena itu, perlu penyesuaian dari pusat agar tidak disamaratakan. Daerah punya kondisi yang berbeda-beda,” tegasnya.

Menurutnya, tidak semua pelaku MBG memiliki pengalaman yang cukup, apalagi di daerah yang baru memulai program ini. Namun, ia menilai bahwa sejumlah dapur MBG di Kukar sudah menunjukkan hasil yang baik.

“Setahu saya, ada dua dapur MBG di Kukar yang berjalan cukup baik. Tapi memang perlu perhatian ekstra setiap hari, terutama dari pemilik dan pengawas MBG,” jelasnya.

Ia mencontohkan pentingnya memahami aspek teknis dalam pengelolaan makanan, seperti manajemen suhu dan penyimpanan.

“Misalnya nasi yang baru matang disimpan dalam kondisi tertutup rapat, itu bisa menimbulkan uap dan mempercepat basi. Hal-hal teknis seperti ini harus benar-benar diperhatikan agar kualitas makanan tetap terjaga,” pungkasnya. (*)

Editor: Redaksi