Puluhan Jamaah Calon Haji Dirawat Akibat Gangguan Tulang dan Sendi
Penulis: Redaksi Presisi
1 hari yang lalu | 142 views
Petugas kesehatan Klinik Kesehatan Haji Indonesia memberikan perawatan terhadap seorang jamaah calon haji. (Dok/Kemkes)
Samarinda, Presisi.co - Banyak jamaah calon haji Indonesia yang mengalami nyeri pada sendi serta pembengkakan kaki. Faktor lanjut usia meningkatkan risiko cedera dan fraktur.
Mereka mendapatkan perawatan dari tenaga kesehatan haji kloter (TKHK). Faktor yang rentan meningkatkan risiko cedera dan fraktur di kalangan jemaah, terutama bagi lanjut usia (lansia), disertai adanya kondisi pengeroposan tulang (osteoporosis). Selain itu juga dapat diperberat dengan kondisi morbiditas penyerta seperti gangguan penglihatan, keseimbangan serta faktor kelelahan.
“Kebanyakan jamaah yang mengalami cedera sistem muskuloskeletal berupa fraktur/patah, dislokasi, bahkan fraktur dislokasi adalah jemaah yang lansia dengan kondisi yang rentan jatuh dan beberapa terdorong dari belakang saat turun dari bis maupun saat melakukan tawaf, sai, ataupun terpeleset di kamar mandi yang licin,” ungkap dr. Yudha Mathan Sakti selaku Penanggung Jawab Tim visitasi ke RS King Faisal, RS King Abdul Azis, RS King Abdullah, RS Al Noor dan RS Saudi National-Abeer, Makkah, pada Rabu, 28 Mei 2025.
Seperti disitat dari laman sehatnegeriku.kemkes.go.id pada pelaksanaan haji hingga Kamis, 29 Mei 2025 Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) telah mencatat 79 persen lebih jamaah Indonesia berkategori berisiko tinggi dengan kondisi utama kategori lansia.
Dari 617 jemaah yang dirawat inap di RS Arab Saudi, 25 orang di antaranya karena permasalahan kesehatan sistem muskuloskeletal (tulang, otot, dan persendian) seperti dislokasi, fraktur/patah, bahkan fraktur dislokasi pada tangan dan kaki.
Lebih lanjut dr. Yudha menjelaskan bahwa nyeri sendi dan pembengkakan kaki, banyak terjadi di kalangan jemaah risiko tinggi. Hal itu disebabkan aktivitas yang padat dengan berjalan kaki jauh, bahkan beberapa diantaranya melakukan umrah berulang kali.
Ia pun menyampaikan beberapa penyebab umum yang dialami oleh jamaah sehingga mengalami permasalahan kesehatan tulang seperti:
1. Kepadatan massa di area yang sangat ramai, terutama saat tawaf, sai, atau turun dari bis, sehingga meningkatkan risiko terdorong, terinjak, atau terjatuh.
2. Kondisi fisik jemaah yang memiliki komorbiditas, permasalahan persendian, osteoporosis, atau riwayat cedera sebelumnya sehingga lebih rentan.
3. Kelelahan yang didorong durasi ibadah yang panjang dan perubahan cuaca sehingga menyebabkan kelelahan ekstrem, mengurangi konsentrasi, dan meningkatkan risiko tersandung atau terjatuh.
4. Permukaan tidak rata seperti turun tangga bis, air tergenang sehingga lantai menjadi licin atau penghalang jalan yang tidak terlihat jelas.
5. Berjalan jauh dan menggunakan alas kaki yang kurang tepat. Terlebih lagi bila berjalan jauh di tengah teriknya matahari dan menggunakan alas kaki yang tidak nyaman, tidak pas, atau licin dapat memicu kaki bengkak dan cedera.
“Bagi jemaah yang mengalami cedera ringan, nyeri persendian dan bengkak kaki dapat melakukan upaya sederhana dengan mengistirahatkan, mengompres dengan air dingin/es. Segera melaporkan ke petugas kesehatan yang terdekat untuk mendapatkan penanganan maupun rujukan ke RS Arab Saudi,” tambah dr. Yudha lagi.
Di tempat yang berbeda, pada hari yang sama saat kunjungan pemantauan jamaah haji Indonesia yang sedang dirawat inap di RS Saudi National Hospital, dr. Ghulam Iskandarsyah, Sp.An, menekankan bahwa untuk mencegah terjadinya cedera maupun fraktur/patah tulang pada jemaah diharapkan jemaah yang lebih muda dan bugar agar lebih bersabar dalam menjaga dan melindungi jemaah yang rentan dan lansia.
“Tolong ya jamaah haji yang lebih muda untuk lebih bersabar dalam menghadapi jamaah yang tua. Ketika turun dari bis, dahulukan dan bantu jamaah lansia dan rentan. Jaga kekompakan untuk diberi kelapangan hati dalam melindungi mereka yang sudah sepuh itu,” papar dr. Ghulam.
Dengan kesadaran dan persiapan yang matang, risiko cedera dan fraktur/patah tulang dapat diminimalisir, memungkinkan jemaah untuk menjalankan ibadah dengan lebih tenang, nyaman, dan khusyuk. Kesehatan adalah aset tak ternilai dalam menunaikan rukun Islam yang terakhir ini. (*)